Upacara Adat Angkola ( bagian 6 )

Artikel oleh Rony Saputra Siregar

Daerah, Seni Budaya360 Dilihat

TATA CARA MANGKOBAR BORU DAN MANGUPA DI NAHAROAN BORU

banner 336x280

 

  1. TATA CARA MANGKOBAR BORU

Semua proses perkawinan baru dianggap sah apabila telah disesaikan Hobaran Boru (Musyawarah perkawinan secara adat). Hobaron Boru terdiri atas dua tahap, yaitu :

  1. Parsidangan Mangampar Ruji Di Na Mangkobar Boru (Dirumah Mora)

Apabila Na Tolu Sauduran (Kahanggi-Anak boru-Hatobangon) yaitu utusan Suhut yang direstui oleh Raja Pamusuk untuk mangkobari boru telah tiba di huta ni (ditempat) Mora, maka langkah pertama yang mereka lakukan ditempat tersebut adalah menghubungi dan menemui Kahanggi Sitopotan atau Goruk-goruk Hapinis.

Apalagi tiba saatnya pelaksanaan persidangan adat, Goruk-goruk Hapinis tersebut berfungsi memperkenalkan utusan yang datang dalam persidangan kepada tuan rumah. Proses persidangan atau urutan jalannya siding adalah sebgai berikut:

  1. Hasuhoton mempersembahkan “burangir sahat-sahat” burangir nahombang kepada Hatobangon dan Harajaon untuk dapat menyelesaikan adatnya.
  2. Raja bertanya apakah Anak boru yang hendak menyelesaikan adat tersebut telah bertemu dengan Goruk-goruk Hapinis dari Suhut. Selanjutnya Orang Kaya Ni Huta mempertegas pertanyaan Raja dengan pertanyaan: Madung Marsianggoan Timus Dehe Hamu Tu Anak borunta Na Dison.
  3. Apabila pertanyaan ini dijawab Anak boru yang datang “sudah” lalu Raja menyuruh rombongan tadi memperkenalkan diri (bersalaman). Acara selanjutnya Anak boru yang datang mempersembahkan Burangir Na Hombang di atas Pinggan Sapa.

Catatan : Apabila acara membicarakan boru, namarbagas atau boru nadipabuat maka burangir (sirih) yang dipersembahkan adalah “Burangir Somba/Bodil Somba”.Apabila boru namarlojong, burangir yang dipersembahkan ialah “Burangir Pangoncot/Bodil Pangoncot”.

  1. Apabila Raja telah menerima burangir (sirih) dari delegasi yang datang mangkobar boru, maka acara mangkobar boru dapat dimulai.
  2. Sebagai kata pembuka/pembicara pertama dari pihak rombongan Na Tolu Sauduran ialah Goruk-goruk Hapinis/Pareban Na Ro sebagai penuntun dalam persidangan. Kemudian baru disambung yang Kahanggi-Anak boru-Hatobangon Na Ro (yang datang).
  3. Setelah selesai pihak yang meminta penyelesaian adat mengutarakan maksud dan tujuan mereka, baru disambut oleh Hatobangon dan Harajaon Ni Huta yang dikunjungki.
  4. Apabila hasil pembicaraan ini diterima oleh Hatobangon dan Harajaon, maka Raja berpesan untuk dapat menyelesaikan Hobaran Adat Ni Boru, (Mangalehon Gantang Parnipian). Anak borunyang datang, harus siap menerima beban adat, dalam hal ini Omas Sigumorsing, Abit Na Marrambu serta semua pembiaayaan na maradat yang harus diserahkan dalam siding adat yang disebut “Mangampar Ruji”.
  5. Tingkatan ni “jujur/boli” Boru Marbagas dihitung dalam mata uang Belanda atau gulden (Hepeng Na Hinan I) ialah:

Catatan: Apabila acara membicarakan boru, namarbagas atau boru nadipabuat maka burangir (sirih) yang dipersembahkan adalah “Burangir Somba/Bodil Somba”.Apabila boru namarlojong, burangir yang dipersembahkan ialah “Burangir Pangoncot/Bodil Pangoncot”.

  1. Sebelum Mangampar Ruji kepada hadirin disuguhkan makanan oleh-oleh (silua) dari Anak boru yang datang berupa sasagun dan Itak kukus “Silua Naditongos Ni Gadis, Ni Mora masih dalam keadaan sehat walafiat ditangan Raja.

Adakalanya pihak Anak Boru dan Mora mengadakan mufakat melalui perundingan tertutup sebelum persidangan dimulai tentang:

  1. Jumalah pengeluaran yang harus dipersiapkan
  2. Uang yang harus diserahkan kepada Mora berupa Tuhor Ni Boru
  3. Uang Hobar Ni Boru

Semua hasil dari pembicaraan antara kedua belah pihak ini disebut: Marintis Torus.

Di kota-kota besar seperti Jakarta, ingot-ingot diberikan kepada semua yang hadir dalam acara Mangampar Ruji, dikategorikan sebagai saksi dan jumlah yang diberikan tergantung status ekonomi kedua orangtua mempelai, kadang mencapai 10.000-50.000 an.

Kalau anak gadis Mora yang kawin ini dipabuat adat na godang (adat kebesaran) maka dalam sidang Mangampar Ruji makanan yang disajikan berdasarkan horbo janggut (kambing). Pembawa acara dalam sidang adalah Orang kaya (Na Pande) dengan menggunkan doal (gong).

 

JAMPIRUJI

 

Eeeeeeee……….eeeeeeee……….i

Hu jujung do tua sahala Ompung si mula-mula jadi

Natumompa langit, nagumomgom tano

Di boraspati ni tanona hu jojahi

Di langit nahu jujung

Na maniop gagang dohot gugung

Na maniop adat dohot uhum

Na pagana-gana ugari

Sude ni pastak pago-pago

Sude ni adat pangalaho

Surat uju ni Guru Tatea

Ruji ni Batara Guru

Di datu dohot si baso

Na mingan di langit na pangga

Di tombak situmalun

Di rura palungan jati

Ruji ni Raja tu Raja

Ruji ni Mora tu Mora

Rujia ni Mora tu Anak boruna

 

Setelah selesai Mangampar Ruji diadakan penyerahan sinamot (uang).

  1. Batang boban atau boli diserahkan kepada si gadis di damping Kahanggi, Anak boru, Mora, dan Ompung Boru. Yang menyerahkan batang boban ini adalah Anak boru atau goruk-goruk hapinis atau salah seorang dari delegasi, atau yang lebih lengkapnya oleh Tolu Na Saudurun.
  2. Unjuk (tumpak) Tulang diserahkan kepada Mora yang menyerahkannya: Suhut atau Kahanggi.
  3. Unjuk untuk Amangtua/uda diserahkan oleh delegasi yang datang.
  4. Unjuk yang lainnya diserahkan oleh Orang kaya Huta.

Dalam penyerahan Batang Boban ini sekaligus diserahkan kain-kain adat sebagai berikut: (yang sebaiknya diserahkan sebelum makkobar)

  1. Kain Apus Ilu diterima oleh ibu gadis
  2. Kain Huduk Banggar diterima oleh Ibu gadis
  3. Kain Tutup Uban diterima oleh Ompu Suhut
  4. Kain Tutup Uban diterima oleh Ompu Bayo
  5. Kain Partanding diterima oleh Ibu gadis

 

  1. Paebatkon Boru/ Mangupa Mangalehen Mangan Boru Marbagas

Setelah selesai acara na mangkobari Boru dilanjutkan dengan acara Mangupa. Pada kesempatan ini diserahkan semua barang bawaan boru termasuk pembelian dari family dan kaum kerabat lainnya.

Sebelum acara makan, kepada kedua mempelai disampaikan kata-kata nasihat (poda/sinta-sinta).

Bahan atau saranan Mangalehen Mangan Boru adalah:Indahan pangupa yang sudah ditibal, Indahan tunkus pasae robu 3 buah.

Pada Horja tingkat Pangkupangi, yang memberi kata-kata nasihat adalah:Dari pihak ina na mardalihan na tolu, dari pihak ama na mardalihan na tolu, Pisang raut, Mora, Ompungna, Hatobangon/harajaon.

Pada Horja tingkat Nabontar yang memberi kata-kata nasihat adalah dimulai dari Barisan Parinaon (Barisan Ibu): Suhut inanta soripada, Nanguda/inanguda, Natua/inangtua, Kahanggi, Hombar suhut, Anak boru, Pisang raut, Mora, Ompung, Hatobangon/harajaon,.

Selesai Barisan Parinaon (kaum ibu) yang memberi kata-kata nasihat dari Barisan Paramaon (Bapak):Suhut bolon, Kahanggi, Hombar suhut, Anak boru, Pisang rau, Mora, Ompu ni kotuk, Hatobangon, Harajaon ni huta, Harajaon torbing balok, Harajaon luat, Orang kaya bayo-bayo, Orang kaya luat, Raja (banir) pangoridian, Raja pamusiang bulung,            Kedua grup pemberi nasihat diatas pelaksanaannya dipandu oleh Orang kaya atas petunjuk Raja Panusunan Bulung (RPB).

Raja Panusunan Bulung menyimpulkan dan menutup acara Mangupa Boru dengan pesan sebagai berikut:

“On pe baen madung tama dohot tumbuk sude hata sinta-sinta ni anak ni raja dohot namora, sai haras ma tondi madingin sayur matua bulung, sian on tu ginjang ni ari. On pe horaskon bo orang kaya, 3x, “ Hooraas.

 

Pabuat Boru

Selesai acara pangupa (mambutongi mangan) dilanjutkan dengan acara pabuat boru. Menjelang acara pabuat boru dilaksanakanlah, Hatobangon Ni Huta memberi pesan kepada rombongan Anak boru yaitu apabila telah sampai di hutani Anak boru agar marjamita tu Hatobangon dohot Harajaon di Huta i. Pada saat mempelai perempuan akan dibawa oleh mempelai lelaki, inanta soripada mengambitkon (menggendong) ayam betina jara-jara kepada anak gadisnya serta menyandangkan garigit, sekaligus membawa ampang berisi beras dan 1 telur ayam didalamnya.

Tibalah saatnya Pabuat Boru, orang tua mempelai perempuan (Ayah) dan mempelai perempuan (Boru) berdiri di mulut pintu Bagas Gondang, sementara mempelai lelaki berdiri berhadapan dengan istrinya untuk siap membawanya.

Pada saat itu Ayah Boru mempertemukan kedua tangan mempelai sambil terucap, “saya serahkan putri saya ini padamu izin dunia akhirat, dan tanggung jawabnya kuserahkan padamu dunia akhirat”.

Setelah kedua mempelai beranjak mau berangkat, pihak Anak Namboru (Naposo Bulung) sudah siap menghambat langkah mereka dengan menyediakan meja, 2 kursi dan 2 buah kelapa muda atau 2 botol lemon diatas meja.

Kemudian Anak Namboru mempersilahkan kedua mempelai duduk untuk disapa dan kemudian terjadilah dialog singkat:

Anak Namboru (T): Tu dia do hamu na dua (Boru dan Anak Namboru/Pareban)

Boru (J)                        : Au na giot kehe langka matobang ma

Anak Namboru (T)      : Tapi na marpaboa hot u au

Mempelai/Laki (J)       : Mangido maaf mada au tuhamu Pareban.

Lalu bersalamanlah mereka dalam salam tersebut mempelai laki sudah mempersiapkan amplop berisi uang, sebagai “Upa Pangolat”.

Seterusnya Naposo dan Nauli Bulung mulai mengangkat barang-barang Borun ke dalam kendaraan mempelai tetapi harus dengan imbalan uang.Uang ini juga dipersiapkan oleh Anak boru mempelai laki.Sering Naposo Nauli Bulung kurang merasa puas dengan pemberian mereka sehingga keberangkatan rombongan mempelai disorak-sorak namun meriah.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *