Sejarah Singkat Kota Padangsidimpuan
Kota Padangsidimpuan adalah salah satu hasil dari Kota Pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan yang dibentuk sesuai aspirasi masyarakat dan Pemerintah Tingkat II Kabupaten Tapanuli Selatan serta Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1982 merupakan Kota Administratif dan diusulkan pembentukan Kota Padangsidimpuan yang kemudian diterbitkannya UU Nomor 4 Tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001 tentang Pembentukan Kota Padangsidimpuan pada 17 Oktober 2001 oleh Mendagri yang saat itu dijabat Hari Sabarno atas nama Presiden RI diresmikan Padangsidimpuan menjadi Kota.
Kota Padangsidimpuan terkenal dengan berbagai sebuatan antara lain : Kota Pelajar, Kota Adat, Kota Salak, Bumi Dalihan Natolu dan lain-lain. Nama Kota Padangsidimpuan sesuai sumber sejarah yang dapat dipercaya berasal dari kalimat “Padang Na Dimpu” yang berarti “Hamparan Rumput Yang Luas ditempat yang tinggi“ yang mana daerah ini dahulu merupakan tempat persinggahan para pedagang dari berbagai daerah. Seiring perjalanan waktu tempat persinggahan ini semakin ramai, kemudian menjadi kota.
Letak titik awal dari Padangsidimpuan ini pada awalnya berada di daerah yang dikenal dengan Lobu Sitombol (Lobu artinya kampung yang ditinggalkan) dengan tanda berupa Bagas Godang Raja sebagai pusat pemerintahan raja kala itu. Daerah ini sekarang dikenal dengan Jalan Sitombol. Kota Padangsidimpuan juga pernah dibangun pertama kali sebagai benteng pada tahun 1821 oleh pasukan paderi yang dipimpin Tuanku Lelo dan singkat cerita sampai pada masa zaman penjajahan Belanda kota ini dijadikan sebagai pusat pemerintahan kolonial di Daerah Tapanuli. Banyak bukti-bukti sejarah berupa foto yang masih tersimpan di museum di Kota Leiden, Belanda.
Dari sekelumit sejarah di atas tentunya banyak peninggalan sejarah yang dijadikan sebagai Cagar Budaya dan Sejarah yang menguatkan bahwa benar Kota Padangsidimpuan adalah Kota yang sarat dengan Budaya dan Sejarah sesuai dengan julukan Bumi Dalihan Natolu dan dibuktikan dengan adanya Cagar Budaya dan Sejarah sebagai simbol jati diri Kota Padangsidimpuan dan telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Kota Padangsidimpuan melalui Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padangsidimpuan Tahun 2013-2014. Pada Pasal 30 Ayat 1 disebutkan, Cagar Budaya di Kota Padangsidimpuan antara lain: Masjid Syech Zainal Abidin, Masjid Raya Al-Abror, Pos Polisi dan Pajak Batu, Tugu Perjuangan Siborang, Rumah Dinas Wali Kota, Bagas Godang Pijorkoling, Bagas Godang Batu Nadua, Bagas Godang Hutaimbaru dan Bagas Godang Losung Batu.
Pemerintahan Kota Padangsidimpuan terdiri dari 6 Kecamatan 37 Kelurahan dan 42 desa, dikenal dengan motto “Salumpat Saindege” (Selangkah Seirama, Seia Sekata). Penduduknya terdiri dari berbagai etnis: Anggkola, Mandailing, Toba, Karo, Melayu, Minangkabau, Jawa, Tionghoa, Nias serta etnis lain yang jumlahnya beragam. Penduduknya menganut berbagai agama: Islam, Kristen, Hindu, dan Konghucu. Penduduk muslim sebagai penganut agama yang mayoritas.
Kota Padangsidimpuan sebagai kesatuan geografis yang dikelilingi perbukitan, memiliki kekhasan tersendiri dan sangat kaya dengan keanekaragaman budaya di masa lampau.
Hingga saat ini di Kota Padangsidimpuan telah berdiri perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang mana kualitasnya tidak kalah dengan kota-kota lain, sehingga siswa SMA,MA, dan SMK bisa melanjutkan studinya di Kota Padangsidimpuan namun tak tertutup kemungkinan juga melanjutkan studi ke kota besar lain di Indonesia.
Dari tahun ke tahun, minat para pelajar baik dari Kota Padangsidimpuan maupun luar Kota Padangsidimpuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi kian bertambah dan Kota Padangsidimpuan menjadi salah satu kota tujuan dan pilihan utama untuk melanjutkan studi khususnya perguruan tinggi. Itu sebabnya, Kota Padangsidimpuan juga memiliki sebutan sebagai Kota Pendidikan.
Dari keseluruhan data objek pemajuan kebudayaan, ada beberapa yang sudah terancam punah/hilang yakni Manuskrip, Bahasa, Tradisi Lisan, Seni Budaya, Pengetahuan Tradisional, Teknologi Tradisional, Permainan Rakyat, dan Olahraga Tradisional. Salah satu penyebabnya juga adalah kurangnya minat generasi muda untuk menjaga, serta melestarikannya akibat gerusan budaya luar yang lebih digandrungi para kaum generasi muda. Beberapa Cagar Budaya juga terancam hilang akibat rendahnya kesadaran masyarakat terhadap nilai warisan budaya dan minimnya sosialisasi pemerintah dan fasilitasi dalam pemeliharaan yang juga diakibatkan juga oleh minimnya anggaran untuk pemanfaatan Cagar Budaya serta dalam upaya pelestarian. Kendati demikian dalam hal ini Dinas Pendidikan yang merupakan dinas yang menaungi kebudayaann tetap berupaya maksimal meski dengan anggaran yang sangat minim, terus memaksimalkan kegiatan dalam memajukan kebudayaan dengan program-program ril yang bernilai edukasi.
Secara astronomis, Kota Padangsidimpuan terletak antara 01018’07”-01028’19” Lintang Utara dan antara 99018’53” – 99020’35” Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Padangsidimpuan memiliki batas–batas:
-
Sebelah Utara = Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola Barat)
• Sebelah Selatan = Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Batang Angkola)
• Sebelah Barat = Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola Selatan)
• Sebelah Timur = Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola Timur)
Luas Wilayah Kota Padangsidimpuan 159,28 km2 yang dikelilingi beberapa bukit serta dilalui beberapa sungai dan anak sungai. Berdasarkan luas daerah menurut kecamatan, luas wilayah terbesar di Kecamatan Batunadua dengan 41,81 km2 atau sekitar 26,25 persen dari luas total Padangsidimpuan, diikuti oleh Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dengan luas 37,70 km2 atau sekitar 23,67 persen, Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu dengan luas 22,97 km2 atau sekitar 14,38 persen, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru dengan luas 22,64 km2 atau sekitar 14,21 persen, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan memiliki luas 19,26 km2 atau sekitar 12,09 persen, sedangkan Padangsidimpuan Utara mempunyai luas wilayah terkecil yaitu 14,97 km2 atau sekitar 9,04 persen.
No | Kecamatan
|
Luas
Km2 |
Wilayah % |
1 | Padangsidimpuan Tenggara | 37.70 | 23.67 |
2 | Padangsidimpuan Selatan | 19.26 | 12.09 |
3 | Padangsidimpuan Batunadua | 41.81 | 26.25 |
4 | Padangsidimpuan Utara | 14.97 | 9.40 |
5 | Padangsidimpuan Hutaimbaru | 22.64 | 14.21 |
6 | Padangsidimpuan Angkola Julu | 22.90 | 14.38 |
Kota Padangsidimpuan memiliki 6 Kecamatan dimana Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara merupakan Kecamatan terluas dengan luas wilayah mencapai 37,70 km2. Kecamatan Padangsidimpuan Utara menjadi kecamatan yang terkecil di Kota Padangsidimpuan dengan luas wilayah hanya 14,97 km2.
Kondisi Kependudukan dan Ketenagakerjaan Jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan pada tahun 2016 diperkirakan mencapai 216.013 jiwa dengan luas wilayah sebesar 159,28 km2 maka kepadatan penduduknya mencapai1.356 jiwa/km2. Kecamatan Padangsidimpuan Utara merupakan kecamatan yang paling tinggi kepadatan penduduknya yang mencapai 4.340 jiwa/km2 disusul oleh Kecamatan Padangsidimpuan Selatan yang mencapai 3.501 jiwa/km2. Jumlah rumah tangga di Kota Padangsidimpuan adalah 48.407 rumah tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga 4,46 orang.
Menurut penelitian KPJU Unggulan UMKM Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018, jumlah rumah tangga paling banyak berada di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan yaitu sebanyak 15.058 rumah tangga sedangkan jumlah rumah tangga paling sedikit berada di Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu yaitu 1.867 rumah tangga. Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan, yaitu sebesar 95,10 persen. Hal tersebut berarti jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding jumlah penduduk laki-laki sekitar 4,60 persen.
Latar Belakang Budaya
- Sejarah Singkat Budaya
Budaya Angkola dalam kompleksitasnya terdiri atas adat istiadat, sejarah dan kesenian, sama halnya yang ada di seluruh daerah Tapanuli bagian Selatan yang cenderung pada Budaya Angkola. Dari tampilan adat istiadat dikenal ada 2 kelompok adat, antara lain adat siriaon (acara bahagia) dan adat siluluton (berduka). Corak utama dari budaya Kota Padangsidimpuan adalah Budaya Angkola yang memegang teguh nilai-nilai Adat dan Agama dengan berlakunya ungkapan “adat do ugari” yang artinya “adat adalah pedoman hidup bersama”. Atau, biasa juga dikenal dengan istilah “Hombar Do Adat Dohot Ibadat”, yang artinya “adat dan ibadat selalu sejalan”.
Semua objek kebudayaan bersandarkan ketentuan Dalihan Na Tolu. Kepercayaan-kepercayaan masyarakat pra-Islam semuanya telah mengalami akulturasi dengan ajaran Islam, sehingga tidak bertentangan dengan aqidah. Terbukti dengan setiap prosesi budaya selalu disertai dengan doa dan permohonan kepada Allah SWT agar sesuatu yang dilaksanakan mendapat keridhoan dan keberkahan dari Allah SWT.
Sejak dahulu suku Angkola adalah penduduk asli penghuni daerah Kota Padangsidimpuan yang kental denga filsafah Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu diartikan sebagai Tiga Kedudukan Fungsional sebagai suatu konstruksi sosial yang terdiri dari tiga hal yang menjadi dasar bersama, yang mana ketiga hal tersebut antara lain Adop Marmora/Somba Marhula-hula (Hormat dan menjaga adab di hadapan Mora), Elek Maranak Boru (Membujuk berhadapan dengan Anak Boru), Manat Markahanggi/Manat Mardongan Tubu (Saling menghormati kepada sesama marga untuk mencegah salah faham dalam pelaksanaan adat).
Inti ajaran Dalihan Na Tolu adalah kaidah moral yang berisi ajaran saling menghormati (marsipasangapan), saling menghargai dan menolong. Dalihan Na Tolu menjadi media memuat asas hukum yang objektif. Dalihan Na Tolu ini juga banyak berpengaruh pada tatanan karya seni tradisional yang meliputi seni tari ( tor-tor), Seni Suara (onang-onang dll ), sastra lisan dan lain sebagainya yang merupakan seni tradisi asli Angkola. Suku Angkola adalah salah satu sub-etnis dari suku bangsa Batak, disamping Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Mandailing.
Tanah Ulayat Suku Batak Angkola berada di wilayah geografis Tapanuli bagian Selatan (Tabagsel) yang meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten
Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kota Padang Sidimpuan, dan sebagian Kabupaten Mandailing Natal. Suku Batak Angkola memiliki hubungan
yang erat antara satu dengan lainnya yang diikat kekerabatan marga (Tarombo). Angkola juga memiliki kekerabatan dengan Toba dan Mandailing disebabkan adanya persamaan bahasa, budaya, dan agama yang dianut sebagian besar masyarakatnya. Selama ini banyak orang menganggap penduduk di Padangsidimpuan (Sumatera Utara) semuanya etnis Mandailing dan sebagian Toba dan anggapan ini sangatlah keliru.
Kota Padangsidimpuan sejak dahulu kala dihuni penduduk asli yang
terdiri dari Angkola dan Mandailing. Etnis Angkola mayoritas mendiami Tapanuli Selatan sekarang, ditandai dengan dominasi marga Harahap dan Siregar. Mandailing memang mayoritas mendiami daerah Mandailing Natal yang sekarang dengan dominasi marga Nasution dan Lubis. Jauh sebelum penjajahan Belanda, telah ada penduduk yang mendiami wilayah Angkola, diperkirakan 9.000 tahun Sebelum Masehi. Itulah yang dinamakan Angkola (asli Angkola, bukan pecahan atau yang memisahkan diri dari etnis ini). Hal ini terbukti dengan adanya kerajaan-kerajaan seperti Sabungan (di kaki Lubuk Raya), Batunadua, Sipirok, Parau Sorat, Siala Gundi, Muaratais, Batangtoru, dan lain sebagainya. Selain itu, Angkola memiliki ciri tersendiri, seperti :
- Falsafah dasar “Dalihan Na Tolu”, sebagai tatanan/pandangan hidup sampai saat ini tetap dipedomi,
- Adat Istiadat Budaya,
- Pakaian Adat Tersendiri,
- Kain Ulos (Abit Godang) dan Paroppa Sadun,
- Bahasa dengan Aksara.
Bahasa Angkola digunakan dalam komunikasi sehari-hari terdiri dari bahasa Andung (bahasa halus) dan Bura (bahasa kasar) yang dapat diperdalam melalui Impola ni Hata (Tata Bahasa Angkola). Aksara Angkola dengan tulisan tersendiri jika dibaca menurut ejaan Latin adalah A, HA, MA, NA, RA, TA, I, JA, PA, U, WA, SA, DA, BA, LA, NGA, KA, CA, GA, YA, NYA (disebut juga sebagai Ina ni Surat atau Induk Aksara). Dilengkapi dengan simbol yang menandakan vokal E, I, O dan U serta simbol pembatas disebut “pangolat” menandakan huruf mati. Misalnya NGA, menjadi NG dan lain-lainya. Bentuk huruf/aksaranya sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
Ina Ni Surat :
ANGKOLA | |
INDONESIA | A ha ma na ra ta i |
ANGKOLA | |
INDONESIA | Ja pa u wa sa da ba |
ANGKOLA | |
INDONESIA | La nga ka ca nya ga ya |
Anak Ni Surat :
No
|
BATAK | INDONESIA | PENEMPATAN AKSARA |
1 | HAMISARA | NG | …………………….─ Diatas Induk/ Ina Ni Surat Sebelah Kanan |
2 | HATALINGAN | E | ─…………………… Diatas Induk/ Ina Ni Surat Sebelah Kanan |
3 | HAULUAN | I | ……………………..O Di Depan Induk/ Ina Ni Surat |
4 | HABORITAN | U | ……………………< > Didepan Atau Belakang Induk/ Ina Ni Surat |
5 | HASIALAN | O | ……………………..X Didepan Induk/ Ina Ni Surat |
6 | PANGOLAT | MENANDAKAN HURUF MATI Contoh : \BATAK\ULAR | ………………………\ Didepan Induk/ Ina Ni Surat |
PENGGANTI INA NI SURAT
No
|
HURUF | AKSARA | PENEMPATAN AKSARA | CONTOH |
1 | E | ─ | Diatas Huruf A Sebelah Kiri Surat |
─ X \ Ekor |
2 | O | X | Di Depan Huruf A | ─ X Orang |
- Mempunyai Kesenian dan perlatan kesenian
- Ornamen Khas
- Tutur (adab panggilan) dalam pergaulan sehari-hari mempunyai tidak kurang dari 135 jenis Tutur/sapaan
- Buku Adat Budaya Angkola ditulis oleh beberapa orang penulis antara lain Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam Siregar, DR. Zainal Efendi Hasibuan, Rony Saputra Siregar, Fauziah Nasution, Budi Hutasuhut, Paruhum Harahap dan penulis lainnya yang mengurai ciri khas Kebudayaannya telah dianut secara turun temurun.
Dilihat dari segi falsafah Dalihan Na Tolu, hubungan kekeluargaan Etnis
Angkola dibagi kepada;
- Mora yaitu pihak keluarga pemberi boru. Mora ini mendapat
posisi didahulukan karena pihak Mora dalam hubungan kekeluargaan memiliki
posisi yang sangat dihormati di samping raja-raja maupun pemangku adat. - Suhut dengan Kahanggi, keluarga yang mempunyai hajatan atau horja adat,
termasuk didalamnya Suhut selaku tuan rumah; - Anak Boru, yaitu pihak keluarga pemberi Boru (pangalehenan Boru).
Di dalam pelaksanaan sesuatu pekerjaan adat, masing-masing unsur Dalihan Na Tolu, mempunyai teman kelompok (sajuguhan/sebarisan) seperti Mora dengan Mora ni Mora (biasa juga disebut Hula Dongan, Kahanggi/Suhut dengan Pariban (saudara/keluarga sepengambilan) dan Anak Boru. Anak borunya anak boru disebut Pisang Raut yang sering juga disebut Piso Pangarit.
- sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan untuk dilindungi dari bahaya kepunahan.
- Objek Pemajuan Kebudayaan
Aspek Utama yang diatur dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan adalah tata kelola terhadap Objek Pemajuan Kebudayaan. Objek Pemajuan kebudayaan adalah unsur kebudayaan yang menjadi sasaran utama pemajuan kebudayaan, dapat dikatakan bahwa objek pemajuan kebuadayaan adalah unsur-unsur pembentukan kebudayaan itu sendiri. Objek Pemajuan kebudayaan di Padangsidimpuan itu sendiri meliputi
- Tradisi Lisan yang merupakan tuturan yang diwariskan secara turun temurun didalam masyarakat seperti dongeng, cerita rakyat, pantun dan sejarah lisan antara lain Legenda Batu Nadua, Partuturon, dll.
- Manuskrip yang merupakan naskah beserta seluruh informasi yang terkandung didalamnya, yang memiliki nilai budaya dan sejarah seperti babad dan hikayat, seperti stambok, naskah surat tumbaga holing, dll.
- Adat Istiadat yang merupakan kebiasaan yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya seperti tata kelola lingkungan dan tata cara penyelesaian sengketa, seperti adat mangupa, adat boru markabuatan, dll.
- Ritus merupakan tata cara pelaksanaan upacara adat atau ritual-ritual budaya seperti peringatan kelahiran, upacara perkawinan dan ritual lainnya, seperti panaek bukkulan, mangupa tondi dohot badan, dll.
- Pengetahuan Tradisional yang merupakan seluruh ide dan gagasan dalam masyarakat yang mengandung nilai-nilai pengetahuan sebagai hasil pengalaman nyata dalam berinteraksi dengan lingkungan, dikembangkan secara terus menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya seperti kerajinan tradisional, busana, metode penyembuhan tradisional, jamu dan minuman tradisional serta kebiasaan prilaku mengenal alam dan semesta, seperti sipode ( bandrek ), martonun, dll.
- Teknologi Tradisional yang merupakan keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang dalam bentuk produk, kemahiran, dan keterampilan masyarakat yang diwariskan secara terus menerus seperti arsitektur , perkakas pengolahan sawah, alat transportasi dan sistem irigasi,seperti losung aek untuk mengalirkan air, sonduk, kuhuran, dll.
- Seni yang merupakan ekspresi artistic individu, kolektif atau komunal yang berbasis warisan budaya maupun berbasis kreatifitas penciptaan baru seperti seni pertunjukan, seni tari, seni suara , seni music dan lainnya, seperti margondang, manortor, dll.
- Bahasa yang merupakan sarana berkomunikasi antara sesama manusia baik secara lisan dan tulisan bahkan dengan isyarat, Aksara Angkola, Bahasa Angkola, dll.
- Permainan Rakyat yang merupakan permainan yang didasarkan pada nilai-nilai dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara turun temurun / terus menerus, seperti marsionjap, marsimbak, dll.
- Olah Raga Tradisional yang merupakan aktifitas fisik dan atau mental yang bertujuan untuk menyehatkan diri, peningkatan daya tahan tubuh berdasarkan nilai tertentu dan diwariskan secara generasi ke generasi, seperti marmoccak, marpacca, dll.
- Cagar Budaya yang merupakan warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa cagar budaya , bangunan cagar budaya, situs cagar budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan untuk dilindungi dari bahaya kepunahan, seperti Bagas Godang, tugu siborang, Pos Kota Pajak batu, dll.
Beragam Objek Pemajuan kebudayaan yang telah terdata harus dilestarikan antara lain tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisionla, seni, bahasa, permainan rakyat dan olah raga tradisional adalah merupakan kekayaan budaya yang harus terdata dengan baik untuk tujuan pemetaan berkaaitan dengan sumber daya, lembaga kebudayaan, pranata kebudayaan, di Kota Padangsidimpuan, sebagaimana hasil identifikasi yang dilakukan, yaitu :
- Adat Istiadat
No | Nama Adat Istiadat | Etnis Yang Melaksanakan | Jenis Adat Istiadat | Frekwensi Pelaksanaan |
1 | Mangayun | Angkola / Mandailing | Syukuran / Seremonial | Sering |
2 | Mangupa | Angkola/ Mandailing | Syukuran / Seremonial | Sering |
3 | Makkobar Boru | Angkola/ Mandailing | Seremonial Pernikahan / Kearifan Lokal | Sering |
4 | Marpege-pege | Angkola/ Mandailing | Kearifan Lokal | Sering |
5 | Patuaekkon Boru Marbagas | Angkola/ Mandailing | Seremonial Pernikahan | Jarang |
6 | Manyongggoti | Angkola | Syukuran/Seremonial | Sering |
7 | Bangun-Bangun Daganak Tubu | Angkola | Syukuran/ Seremonial | Sering |
8 | Paijur Daganak | Angkola | Syukuran | Sering |
9 | Manakko Dalan | Angkola | Syukuran | Sering |
10 | Manjagit Paroppa | Angkola | Syukuran | Sering |
11 | Pabagas Boru | Angkola/ Mandailing | Syukuran/ Seremonial | Sering |
12 | Panaek Bukkulan | Angkola | Syukuran | Jarang |
13 | Marbokkot Bagas Naimbaru | Angkola | Syukuran | Sering |
14 | Manyapai Boru | Angkola Mandailing | Kearifan Lokal | Sering |
15 | Tahi Luat/ Tahi Godang | Angkola/ Mandailing | Kearifan Lokal | Jarang |
16 | Marosong-osong | Angkola/ Mandailing | Kearifan Lokal | Jarang |
17 | Parsidangan Adat | Angkola/ Mandailing | Kearifan Lokal | Jarang |
18 | Maralok-alok | Angkola/ Mandailing | Kearifan Lokal | Sering |
19 | Tuppak Dalihan Natolu | Angkola | Kearifan Lokal | Sering |
20 | Adat Sirion dan Adat Siluluton | Angkola | Kearifan Lokal | Sering |
21 | Markusip | Angkola | Kearifan Lokal | Jarang |
22 | Martutur | Angkola/Mandailing | Kearifan Lokal | Sering |
23 | Marroto | Angkola | Kearifan Lokal | Jarang |
24 | Margondang | Angkola/Mandailing | Keraifan Lokal | Jarang |
25 | Manortor ( Tortor) | Angkola/Mandailing | Kearifan Lokal | Jarang |
26 | Martok-tok | Angkola | Kearifan Lokal | Jarang |
27 | Manabalkon Goar | Angkola/Mandailing | Kearifan Lokal | Jarang |
28 | Raja Panusunan Bulung | Angkola/Mandailing | Kearifan Lokal | Jarang |
29 | Jaran Kepang | Jawa | Kearifan Lokal | Jarang |
30 | Musik Talempong dan Tari Piring | Minang | Kearifan Lokal | Jarang |
31 | Tor-tor Batak | Toba | Kearifan Lokal | Jarang |
32 | Gendang Guro-guro | Karo | Kearifan Lokal | Jarang |
- Manuskrip
No | Nama Manuskrip | Jumlah Manuskrip | Jumlah Pembaca Ahli | Jumlah Pengakses |
1 | Aksara Surat Tulak-tulak | 1 | Banyak | Banyak |
2 | Surat Tumbaga Holing | 1 | Banyak | Banyak |
3 | Tarombo Raja/Luat | 6 | Banyak | Banyak |
4 | Stambok Marga | 5 | Banyak | Banyak |
5 | Poda Na Lima | 1 | Banyak | Banyak |
C.Tradisi Lisan
No | Nama Tradisi Lisan | Etnis yang Melaksanakan | Jenis Tradisi Lisan | Frekwensi Pelaksanaan |
1 | Marbalos Pantun | Angkola | Berbalas Pantun | Sering |
2 | Makkobar | Angkola | Nasehat | Sering |
3 | Onang-Onang | Angkola | Nyanyian/syair | Sering |
4 | Ungut-ungut | Angkola | Nyanyian/syair | Sering |
5 | Poda | Angkola | Syair | Sering |
6 | Marumpasa | Angkola | Nasehat | Sering |
7 | Partuturan | Angkola | Adab Berlisan | Sering |
8 | Marsalam/Solom | Angkola | Salam penghantar ( Horas ) | Sering |
9 | Marsipaingot | Angkola | Nasehat | Sering |
10 | Nembang | Jawa | Syair-syair Jawa | Jarang |
11 | Nazham | Minang | Syair-syair sufi | Jarang |
- Daftar OPK Ritus
No | Nama Ritus | Konteks Adat Istiadat | Etnis Yang Melaksanakan | Frekwensi Pelaksanaan |
1 | Margondang | Ritual Acara kebesaran adat, pemberian gelar nama raja , dll | Angkola | Jarang |
2 | Marbokkot Bagas | Ritual Rasa syukur atas rumah baru dan berbagi rejeki dengan saudara-saudara | Angkola | Jarang |
3 | Pemberian Gelar atau Marga | Ritual Acara kebesaran adat | Angkola | Jarang |
4 | Mangayun | Ritual Rasa syukur atas kelahiran anak dan berbagi rejeki dengan saudara-saudara pada usia anak 11 hari | Angkola | Jarang |
5 | Manjagit Paroppa Panjakki | Ritual Rasa Syukur atas anak yang sudah mulai berjalan atau memiliki kepandaian lainnya | Angkola | Jarang |
6 | Mangupa-upa | Ritual Upah-upah | Angkola | Sering |
7 | Makkobar | Ritual Penyampaian ilmu dan nasehat | Angkola | Sering |
8 | Patuaekkon Tu Tapian Raya Bangunan | Ritual pemberian gelar serta pelepasan masa remaja kepada pengantin | Angkola | Jarang |
9 | Panaek Gondang | Ritual untuk memulai bamboo adat serta peresmian “ horja “ ( pesta adat ) | Angkola | Jarang |
10 | Marjambar | Ritual pembagian dan penggunaan daging kerbau horja ( pesta adat ) | Angkola | Jarang |
11 | Panaek Bukkulan | Ritual membangun rumah dan menaikkan atap rumah | Angkola | Jarang |
12 | Marrroto | Ritual pemakaman raja | Angkola | Jarang |
13 | Mangokkal Holi | Memindahkan Kuburan | Angkola | Jarang |
14 | Temo Manten dan sungkeman | Adat pernikahan Jawa | Jawa | Jarang |
15 | Tingkeban | Acara 7 bulanan kehamilan | Jawa | Jarang |
16 | Slametan | Acara syukuran | Jawa | sering |
17 | Tedak Siten | Upacara adat untuk bayi yang mulai belajar berjalan | Jawa | Sering |
18 | Sibaso | Ritual tabib untuk menyembuhkan penyakit | Mandailing | Jarang |
19 | Mangongkal Holi | Upacara membongkar tulang di kuburan untuk dipindahkan ke tanah kelahirannya | Toba | Jarang |
20 | Erpangir Kulau | Upacara mandi pangir untuk mengusir roh jahat | Karo | Jarang |
21 | Mamongkot Ruma Bayu | Upacara masuk rumah baru | Simalungun | Jarang |
22 | Marhajabuan | Upacara mangulosi pengantin | Toba | Jarang |
23 | Hamatean/Saur Matua | Upacara kematian | Toba | Jarang |
24 | Balimau Kasai | Upacara mandi dengan air dicampur jeruk atau llimau saat menyambut bulan Ramadhan | Melayu | Jarang |
25 | Tepung Tawar | Upacara mendoakan keberhasilan seseorang | Melayu | Jarang |
26 | Manyurdu Burangir | Ritual memulai acara adat dan musyawarah | Angkola / Mandailing | Sering |
- Pengetahuan Tradisional
No | Nama Pengetahuan Tradisional | Etnis yang Melaksanakan | Jenis pengetahuan tradisional | Frekwensi Pelaksanaan |
1 | Pembuatan Sasagun | Angkola | Makanan Khas | Sering |
2 | Pembuatan Itak Poul-poul | Angkola | Makanan Khas | Sering |
3 | Pembuatan Alat Bertenun (Hasaya, balobas, ulos, paroppa pamunggung, dll) | Angkola | Kain Tradisonal | Sering |
4 | Mangulame | Angkola | Makanan Khas | Sering |
5 | Mangalomang | Angkola | Makanan Khas | Sering |
6 | Mambayu | Angkola | Keterampilan membuat tikar , tas ,sumpit salak ,hadangan,haronduk dll dari pandan | Sering |
7 | Mamulung Ubat | Angkola | Keterampilan membuat obat-obatan tradisional | Sering |
8 | Manyale | Angkola | Keterampilan membuat makanan tradisional dari ikan dll | Sering |
9 | Pature Gondang (Gondang/Topap, Dua, Boru ),Nungneng | Angkola | Keterampilan membuat gondang | Jarang |
10 | Mametok | Angkola | Keterampilan menangkap ikan | Sering |
11 | Marpike | Angkola | Keterampilan menangkap hewan | Sering |
12 | Marultop | Angkola | Keterampilan menembak dan berburu tradisional dengan bambu kecil | Jarang |
13 | Uhum Adat | Angkola | Pengetahuan tentang tata hukum adat | Jarang |
- Teknologi Tradisional
No | Nama Tekhnologi Tradisional | Etnis yang Melaksanakan | Jenis Tekhnologi Tradisional | Frekwensi Pelaksanaan |
1 | Gumpar/Losung Aek | Angkola | Alat untuk mengalirkan air dari sungai kesawah/ladang dan juga Alat Penumbuk Padi atau Kopi | Jarang |
2 | Ritti | Angkola | Alat | Sering |
3 | Hasaya, balobas, Pamunggung merupakan peralatan untuk bertenun ulos | Angkola | Alat pembuat ulos dan kain tenun | Sering |
4 | Udon Tano | Angkola | Alat untuk memasak | Sering |
5 | Bubu/Rambang | Angkola | Alat penangkap ikan disungai | Sering |
6 | Bulang /Ampu (Kerajinan logam emas dan perak) | Angkola | Alat pelengkap pakaian adat tradisional | Sering |
7 | Garigit | Angkola | Alat mengambil air dari bambu | Sering |
8 | Haronduk dan panyurduan | Angkola | Alat tempat menyimpan sirih dan alat pelengkap adat | Sering |
9 | Hadangan | Angkola | Alat tempat menyimpan sesuatu berbentuk tas sandang dari pandan | Sering |
10 | Anduri | Angkola | Alat pelengkap tempat indahan ( sajian ) pangupa-
upa |
Sering |
11 | Guboh | Angkola | Alat tradisional untuk pertanian | Jarang |
12 | Mariam Bambu | Angkola | Alat trdisional dari bambu yang bisa membuat suara ledakan | Jarang |
13 | Telong-telong | Angkola | Alat penerang yang berbahan bambu | Jarang |
14 | Beca Sidimpuan | Angkola | Modifikasi alat transportasi | Sering |
- Seni Tradisional
No | Nama Seni Tradisional | Cabang Seni | Kulitatif | Jlh.pelakudan pendukung |
1 | Marpantun / Marbalos Pantun | Seni Berpantun dan Berbalas Pantun | Sangat perlu karena sangat bermanfaat | 2 orang atau lebih |
2 | Ende | Seni suara | Sangat perlu karena sangat bermanfaat | 1 orang atau lebih |
3 | Onang-onang | Seni Suara | Sangat perlu karena sangat bermanfaat | 1 orang |
4 | Ungut-Ungut | Seni Suara | Sangat perlu karena sangat bermanfaat | 2 orang |
5 | Margondang | Seni Musik | Sangat perlu karena sangat bermanfaat | 6 – 12 orang |
6 | Mardikir | Seni Musik | Sangat perlu karena sangat bermanfaat | 5 – 10 orang |
7 | Manortor (Tortor Naposo bulung, Tortor Raja, dll) | Seni tari | Sangat perlu karena sangat bermanfaat | 2 – 12 orang |
8 | Marosong-osong | Seni Drama/theater | Sangat perlu karena sangat bermanfaat | 2 orang atau lebih |
9 | Panikkan | (Seni Ukir, Seni ornament, atau arsitektur) | Sangat perlu karena bermanfaat |
- Bahasa
No | Nama Bahasa | Jumlah Dialek | Jumlah Penutur | Status Penggunaan |
1 | Bahasa Angkola/Mandailing | 4 | Banyak | Masih Ada |
2 | Bahasa Indonesia | 1 | Banyak | Masih ada |
3 | Bahasa Batak Toba | 1 | Banyak | Masih ada |
4 | Bahasa Jawa | 1 | Banyak | Masih Ada |
5 | Bahasa Minangkabau | 1 | Banyak | Masih ada |
I . Permainann Rakyat
No | Nama Permainan Rakyat | Etnis yang Melaksanakan | Jenis Permainan Rakyat | Frekwensi Pelaksanaan |
1 | Marsionjap | Angkola/Mandailing | Ketangkasan | Sering |
2 | Marsibuni | Angkola/Mandailing | Ketangkasan | Jarang |
3 | Marlajo | Angkola/Mandailing | Ketangkasan | Jarang |
4 | Marcungkil | Angkola/Mandailing | Ketangkasan | Jarang |
5 | Marcongke/Marcongka | Angkola/Mandailing | Ketangkasan | Sering |
6 | Marpincek/markalas-kalas | Angkola/Mandailing | Ketangkasan | Sering |
7 | Marsiolat | Angkola/Mandailing | Ketangkasan | Jarang |
8 | Marsidingkat/Maryeye | Angkola/Mandailing | Ketangkasan | Sering |
9 | Marsiayak | Angkola/Mandailing | Ketangkasan | Sering |
10 | Marpacca | Angkola/Mandailing | Adu Fisik | Sering |
11 | Marjalengkat/engrang | Angkola/Mandailing | Ketangkasan | Jarang |
12 | Markapicek | Angkola/Mandailing | Ketangkasan | Sering |
No | Nama Olah Raga Tradisional | Etnis yang Melaksanakan | Jenis Olah Raga Tradisional | Frekwensi Pelaksanaan |
1 | Margalah | Semua etnis di Padangsidimpuan | Lari dan Ketangkasan | Jarang |
2 | Marpacca | Angkola/Mandailing | Adu Fisik | Jarang |
3 | Marmoccak | Angkola/Mandailing | Silat | Jarang |
4 | Marsiayak | Angkola/mandailing | Lari dan Ketangkasan | Sering |
5 | Markonong/Marlange | Angkola/Mandailing | Berenang | Sering |
6 | Markatapel | Angkola/Mandailing | Ketangkasan | Sering |
7 | Marultop | Angkola/Mandailing | Ketangkasan | Sering |
8 | Marbal | Angkola/Mandailing | Main Bola | Jarang |
9 | Maryeye | Angkola/Mandailing | Lompat | Sering |
10 | Marago | Angkola/Mandailing | Bola Keranjang /Takraw | Jarang |
- Olah Raga Tradisional
K.Cagar Budaya di Padangsidimpuan
Sama – sama kita ketahui bahwa Cagar Budaya adalah warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya dan kawasan cagar budaya baik didarat dan atau di air, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan kebudayaan melalui proses penetapan.
No | Nama Cagar Budaya | Alamat | Tahun ditetapkan | Keterangan
Kondisi |
1 |
Pos Kota /Pajak Batu |
Pusat Kota |
Pemda / Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padangsidimpuan Tahun 2013-2033 Pasal 30 Ayat 1 |
Baik |
2 |
Rumah Dinas Walikota |
Pusat Kota |
Pemda / Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padangsidimpuan Tahun 2013-2033 Pasal 30 Ayat 1 |
Baik |
3 |
Masjid Syeikh Zainal Abidin |
Padangsidimpuan Batu nadua |
Pemda / Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padangsidimpuan Tahun 2013-2033 Pasal 30 Ayat 1 |
Baik |
4 |
Masjid Raya Al-Abror |
Padangsidimpuan Utara |
Pemda / Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padangsidimpuan Tahun 2013-2033 Pasal 30 Ayat 1 |
Baik |
5 |
Bagas Godang Hutaimbaru |
Padangsidimpuan Hutaimbaru |
Pemda / Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padangsidimpuan Tahun 2013-2033 Pasal 30 Ayat 1
|
Baik |
6 |
Bagas Godang Losung Batu |
Padangsidimpuan Losung Batu |
Pemda / Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padangsidimpuan Tahun 2013-2033 Pasal 30 Ayat 1 |
Baik |
7 |
Bagas Godang Batu Nadua |
Padangsidimpuan Batu Nadua |
Pemda / Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padangsidimpuan Tahun 2013-2033 Pasal 30 Ayat 1 |
Sudah Direnopasi |
8 |
Bagas Godang Pijorkoling |
Padangsidimpuan Tenggara |
Pemda / Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padangsidimpuan Tahun 2013-2033 Pasal 30 Ayat 1 |
Baik / baru direnopasi |
9 |
Tugu Perjuangan Siborang |
Padangsidimpuan Selatan |
Pemda / Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2014 |
Baik |