PELAKSANAAN HORJA
Horja adalah acara pesta adat, yang terdiri dari horja Siriaon dan horja Siluluton. Horja yang akan dilaksanakan hendaknya meriah dan sukses, karena itu betul-betul dipersiapkan segala sesuatunya. Ada beberapa hal yang perlu dipersipakan untuk peralatan horja:
- Membuat gaba-gaba, yaitu hiasan pintu gerbang yang merupakan gapura dan pagar halaman rumah,
- Membuat rempayan tempat penyembelihan kerbau, bagi orang masyarakat umum. Bagi raja di kampung itu, tidak perlu, sebab dia marga tanah,
- Hiasan pagar di halaman rumah bahagian depan,
- Membuat borotan tempat pengikat kerbau waktu disembelih,
- Memasang Payung Rarangan (kuning), ditancapkan di samping gerbang sebelah kanan hendak masuk.
- Memasang Payung Boru (hitam bertabur emas), ditancapkan sebelah kiri gerbang hendak masuk
- Menancapkan 2 tombak dan 2 pedang di sebelah kanan gerbang
- Memasang bendera-bendera adat kiri kanan gerbang dan di muka setiap rumah: raja, orangkaya, hatobangon, kahanggi tertua, kahanggi termuda, anak boru, pisang rahut, mora dengan satahi, di halaman sopo godang
- Mempersiapkan alat kesenian gondang
- Mempersiapkan Abit Batak/Abit Godang dan Haronduk Boru-Haronduk Jantan, untuk sabe-sabe dan persembahan sirih waktu manortor
- Mempersiapkan pakaian adat pengantin
- Mempersiapkan beras kuning, untuk siraman kata horas setelah selesai manortor
- Mempersiapkan tikar lapis tempat berdiri pengantin sewaktu hendak manortor
- Mempersiapkan tempat burangir ke Tapian Raya Bangunan,
- Mempersiapkan langir dan kapur sirih (soda) yang akan ke Tapian Raya Bangunan.
Bila alat-alat persiapan telah tersedia, sesuai dengan hasil musyawarah (partahian), tanggal acara dapat dimulai. Acara pembukaan ini dimulai dengan menabuh gondang dan mengadakan tortor, yang didahului sidang adat yang disebut Upacara ‘Manaekkon Gondang’.
- Manaekkon Gondang
Upacara ini didahului Sidang Adat, yang intisarinya peresmian pembukaan acara horja. Pihak suhut menyerahkan pelaksanaan kesenian gondangtor–tor kepada rombongan kesenian untuk dapat melaksanakan dengan baik selama upacara horja.
Dan pihak tokoh-tokoh dan pengetua adat, yang disebut hatobangon-harajaon, dapat membimbing pelaksanaan horja dengan sebaik-baiknya. Setelah permohonan dan penyerahan suhut ini diterima resmi oleh pimpinan kesenian dan hatobangon harajaon, resmilah horja dimulai.
Dalam persidangan manaekkon gondang ini, dipersiapkan: 1) santan, untuk dimakan bersama, dan untuk pemercik segala peralatan yang dipergunakan selama horja, 2) menyediakan segala alat kesenian gondang, 3) menyediakan Abit Batak/Abit Godang dan Haronduk, yang dipergunakan sabe-sabe untuk manortor, 4) menyediakan bendera-bendera adat , untuk dipajang di halaman rumah, 5) menyediakan payung rarangan dan payung boru untuk dipajang didekat gerbang/gaba-gaba, 6) menyediakan pedang dan tombak untuk dipajang dekat gerbang. Semua peralatan ini dipercik dengan air santan. Alat pemercik dibuat daun sidingin, 7) Lelo, meriam, yang diletuskan tanda mulai Horja.
Pemercikan peralatan dengan air santan suatu harapan agar pelaksanaan upacara horja sejuk, nyaman, aman dan damai. Saat gondang mulai ditabuh/dibunyikan, para suhut yang punya niat horja mulai manortor, sebagai pembukaan acara. Kemudian baru berturut-turut sesuai dengan aturan tata tertib manortor, yang dipandu oleh seorang Napande.
- Marosong-Osong
Setelah horja dimulai, anak boru dari suhut, membuat suatu acara adat, memberikan bantuan berupa materi, uang dan harta benda serta hewan sembelihan/kambing, kepada Mora yang mengadakan horja.
Dalam acara marosong-osong ini, rombongan pihak Anak Boru yang datang, selain membawa uang, dan harta benda, harus menurut sertakan anak muda mereka.
Dan dari pihak Mora yang akan menerima rombongan Anak Boru, harus mempersiapkan Anak Gadis mereka, menunggu kedatangan atau menyambut kedatangan rombongan pihak Anak Boru. Setelah pihak Mora, telah mempersiapkan tempat duduk dan orang-orang penting harus turut serta menyambut kedatangan rombongan Anak Boru, para rombongan pihak Anak Boru pun mendekati rumah. Sesampai di halaman mereka bersalam sambil berpantun, minta izin untuk masuk. Kemudian disambut pihak anak boru yang telah disediakan Mora. maka terjadilah berbalas pantun.
Rombongan pihak anak boru yang datang marosong-osong setelah lolos berbalas pantun, dipersilahkan masuk. Setelah sampai di dalam ruangan, dibuat acara manortor, pasangan, anak muda dari Anak Boru yang disebut Si Dara doli dengan pasangannya, Anak Gadis dari Mora, yang disebut Si Dara Bujing.
Setelah manortor, oleh pihak anak boru menyerahkan oleh-oleh dan bantuan berupa uang dan harta benda yang dibawa mereka.
Dalam acara penyerahan bantuan ini pun terjadi kata bersambut dengan berbalas pantun:
- Pihak Mora yang diwakili Anak Boru, memulai pembicaraan dengan bertanya, kepada pihak rombongan Anak Boru yang datang marosong-osong:
Olo da baya, si lak lak ni randorung
Si rege-rege ni ampang
Anak lomo-lomo ni namboru
Baen ba bere ni damang
So siala songon on
Si ala na manobangi
So jungada songon on
Na mandok aha do luai
Sya’ir pertama menyambut dengan tutur hubungan keluarga, sya’ir kedua mempertanyakan, tidak disangka-sangka hal seperti ini, apa gerangan yang dimaksud.
Dia do nangkatna
Dia do ultopna
Aha do hatana
Aha do na di dokna
Garang-garang do salongon
Dohot siala manorasi
Jarang-jarang do songon on
Umolat ma baua saonnari
Sya’ir pertama mempertanyakan apa beritanya dan apa pula yang dimaksudnya, sya’ir kedua menanyakan jarang seperti ini, yah beginilah hari ini, kok kenapa ya?.
Ulang markolip-kolip di situmudu
Maronding-onding di si tualang
Ulang tarsonggot hami di haroro munu
Marlidung hamu marsitorang
Sya’ir ini meminta agar mereka pihak Mora tidak terkejut. Harap anak boru yang datang marosong-osong apa maksudnya, agar dijelaskan.
Ia bole si dulang-dulang
Si lak-lak ni randorung
Si boru ni tulang
Angkup ni anak namboru
Marsantabi au jolo
Ima santabi sampulu
Hormat tu pudi tu jolo
Maradopkontua sahalani morangku
Sya’ir pertama menyambut dengan tutur hubungan keluarga. Sya’ir kedua menyampaikan rasa hormat, dari pihak anak boru yang datang marosong-osong, yang disampaikan dari pihak laki-laki si Dara Doli.
Pihak anak boru yang marosong-osong menjelaskan, kedatangan mereka adalah sesuai dengan sampainya kepada mereka undangan burangir pudun-pudun untuk menghadiri horja pesta adat ini. Sebagai anak boru, walaupun ala kadarnya kami membawa bantuan, dan oleh-oleh.
Pihak anak boru yang marosong-osong menyerahkan bantuan dan disambut diterima pihak Mora dengan pantun:
Rait hamu
So hu dung-sung kon
Jagit hamu
So hu surduhon
Jaru pe urata ni botik
Tajom doi songon tarugi
Jaru pe silua na saotik
Saon ma jolo na dapot hami
Sya’ir pertama mempersilahkan untuk diterima agar diserahkan mereka, sya’ir kedua menerangkan walaupun sedikit inilah sebagian bantuan kami.
Di bagas on adong do dara bujing
Hami oban do si dara doli
Lalu hami songon na mangaligin
Ampot nadung godang do parumaen nami
Ampang na marjarunjung
Boti marisi sagala-gala
Sombu hami na malungun
Lalu nalongoni horja ni mora
Sya’ir pertama anak boru mengatakan di dalam rumah ini, ada anak gadis yang menjalin calon parumaen/menantu, kami juga membawa anak kami yang menjadi calon babere dari Mora.
Bulung botik pe da on
Obanon tu do Aek Nangali
Saotik pe da on nimmunu
Godang situtu do roha name
Siala di dung-dungkon
Dong-dong pe dirait
Na suada di luluan
Tarlobi adong tontu dijagit
Sya’ir pertama menyatakan terima kasih atas bantuan, Sya’ir kedua, yang ada diusahakan untuk mencari, yang mendapat pemberian tentu berterima kasih.
Setelah timbang terima oleh-oleh dan bantuan yang dibawa Anak Borumarosong-osong pun selesai, upacara horja pun jalan terus, anak boru semua bekerja keras membantu Mora yang sedang mengadakan pesta adat, sampai selesai.
- Mangalo-Alo Mora tu Balian Ni Huta tu Balangka Si Tolu-Tolu Adian Si Sunggul Lungun
Saat dari Mora yang mengadakan horja, datang menghadiri pesta horja adat, disambut dan elu-elukan suhut yang punya horja keluar kampung dengan mengiringkan gondang dan membawa Abit Batak/Abit Godang, yang akan diselimutkan kepada Mora, lalu diarak ke gelanggang tempat manortor. Sasampainya di gelanggang panortoran, dilanjutkan dengan acara Manortor.
Setelah selesai Mora yang datang Manortor baru diadakan acara mangkobar menerima kedatangan mora, dan menerima berupa pemberian Mora. Selesai acara penyambutan kedatangan Mora, disediakan minuman yang ala kadarnya.
- Mambuat Ipon Tu Sopo Godang
Anak gadis dan yang belajar anak muda atau pun remaja muda mudi dari keluarga suhut dibawa ke Sopo Godang yang disebut mambuat ipon.
Persiapan berangkat ke Sopo Godang mambuat ipon: 1) Santan, 2) miak dohot soda, 3) pangir, 4) dahanon kuning sipir ni tondi, 5) diudurkon dohot gondang.
Diarak berbaris pemuda remaja, muda mudi dari suhut dan keluarga ke Sopo Godang, diiringi gondang dan rombongan anak Boru yang dipandu Orang Kaya.
Setelah sampai di Sopo Godang, semua anak gadis pemuda yang disebut Naposo Nauli Bulung berlangir secara adat setelah berlangir dengan membuat ipon, pelaksananya adalah orang kaya, baru ditabur dengan beras sipir ni tondi.
Maksud dan tujuan mambuat ipon, bagi remaja muda mudi atau naposo nauli bulung, ialah mereka yang semakin meningkat dewasa, mulai berbaur dan bergaul, dengan keluarga dan masyarakat. Mereka diberi pendidikan dan pedoman untuk pandai bertutur sopan santun, bermuka manis.
Mereka seudah turut serta berbuat dalam masyarakat, membantu, orang tua, membantu pekerjaan urusan masyarakat. Dalam jangka waktu yang tidak begitu lama, mereka akan meningkat ke jenjang berumah tangga, akan bergaul seperti orang tua. Untuk persiapan itu harus pandai “bertutur poda”, sopan dan santun, berbudi pekerti baik. Itulah makna dari mambuat ipon. Setelah selesai acara membuat ipon mereka kembali ke rumah.
- Menyengko-Menyengkoi Goar
Sebelum pengantin berangkat ke Tapian Raya Bangunan, lebih dahulu diadakan acara adat yang disebut “manyengko-nyengko goar”. Sekarang tak berapa orang yang pandai melaksanakan acara ini. Karena ahlinya telah banyak yang meninggal.
Di saat menyengko-nyengkoi goar, dapat diberikan nama kepada:
- Pengantin berdua, nama harajaon, hamoraon
- Anak yang baru lahir, yang belum diberi nama
- Diberikan panjangki natugu (kain penggendong adat atau parompa sadun)
- Nama harajaon kepada kahanggi dan anak boru
Orang kaya dan anak boru goruk-goruk hapinis mempersiapkan perlengkapan menyengko-nyengkoi goar:
- Tikar lapis, untuk tempat duduk pengantin dan tempat-tempat duduk yang akan diberi nama dan gelar harajaon-hamoraon
- Alat menyengko-nyengkoi, yaitu ampang yang dibalut dengan abit batak. Di dalamnya berisi beras, telor tiga biji, burangir karopik kundala jati yang ditusuk dengan benang manalu, dibuat Sembilan tangki sebagai bendera, ditancapkan pada beras yang di dalam ampang
- Sebilah pedang
- Abit batak dan Happu, akan dikenakan kepada pengantin, dan Raja Panusunan bulung sebagai pelaksana dan datu parngongo
- Tiga biji pinang yang sudah tua
Kalau persiapan sudah lengkap, hatobangon-harajaon pun telah hadir, begitu juga yang akan diberi gelar, acara dapat dimulai, yang dipandu Orangkaya:
Orangkaya mempersilahkan kepada Raja Panusunan Bulung untuk memulai acara:
Rajangku, raja name, baen madung tarsadio hasaya ni na Manyengko-nyengkoi goar, napasahatkon mada hami, Raja Panusunan Bulung, anso dapot dipungka dimulai, botima:
Raja Panusunan Bulung, duduk diatas tikar lapis 7 atau Sembilan, sebelah kanannya Raja Banir Parkolip-kolipan, di sebelah kirinya duduk Raja Pangundian. Orangkaya pun berdiri, mengenakan happu jadi topi Raja Panusunan Bulung, serta menyelimuti ketiga raja itu, dengan abit batak. Kemudian baru diselimutinya pula pasangan pengantin. Kemudian berdiri Datu Parngongo, menyandang abit batak, tempat beras sipir ni tondi yang diambilnya dari dalam ampang yang berisi beras tadi.
Hata ni raja panusunan bulung manyengko-nyengko goar:
Baen madung dapot di tingki na
Songon I dohot dimaso na
Manurut panjoling ni bayo datu
Natarida di parkalaan
Ni naek ni mata ni ari on
Di pajumuk hami di amak lapisan
Na marsilang, margala opat
Diombas na margala salapan
Onma ari simonang-monang
Na monang mangalo
Na talu mangalo dongan
Ari na maroban maginjang magodang
Muali sian sadarion
Manurut tahi dohot pokat
Nadi putus ni sidang adat
Sude raja madung sapokat
Tu tondi dohot badan munu
Nangkat dipasahat goar matobang
Ima goar harajaon, goar hamoraon
Anso ditarimo tondi dohot badan munu
Di son tarpayak di jolo munu
Hasaya ni na manengko-nyengkoi goar
Natarsurat di tumbaga holing
Sian ha rence narobi
Ampang na marsuhi opat
Na maruloskon abit batak
Manurut tahi dohot pokat
Nadung biaso dihita batak
Marisi boras sipir ni tondi
Hombar nai pinang natobang
Ihut dohot piramanuk sitolu-tolu
Na pahobol tondi dohot badan
Mualai sian sonnari
Goar munu dipatobang
Tanda hamu nadung matobang
Anso marsangap tu jae tu julu
Ima goar harajaon-hamoraon
Burangir karopik kundala jati
Na marjarung-jarung marapean
Na disusuk dohot boning manalu
Sudena begu attuk dohot aji
Jihin dohot setan
Nada adong, na mangganggu
Tu tondi dohot badan munu
Sanggar dohot ria-ria
Hatunggal dohot torop
Nada janggal hamu bagi tudia
Tondi munu I, totp diparorot
Burangir na salpu jung-jung an
Haruaya dohot padang togu
Totop hamu dilindungi Tuhan
Ulang mahua, saleleng mangolu
Antong, tapungka ta mulai
Asok-asok hita pikiri
Ulang jolo muba markoti
Sian na jolo, tu sonnari
Tamulai dohot Bismillah
Anso diborkati Tuhan-ta
Jagit bo, orangkaya, boras si pir ni tondi on
Sada, dua, tolu, opat lima onom, pitu…
Pitu sundut suada mara
Pitu sundut tong magabe
Bayo pangoli : …..sa togar……..gelar sutaimun di holbung natoras
Horaskon……..Horaaaaaaaassssssssss 3 X
Ampe di abaramu, jujung di ambubumu………
Suang songon ancimun di holbung
Ditinggang ombun maroban godang…..
Ditinggang las ni ari, maroban ginjang….
Ditinggang udan, mur maginjang mur magodang……
Bolas aon gabe ubat………
Bolas muse pasomba nguas
Sada, dua, tolu, opat, lima onom, pitu
Pitu sundut suada mara, pitu sundut tong magabe….
Horaskon…..horas………horas……horas……
Marsitangkas, marsitorang…………
Goar on maradat maruhum………
Diparsaksihon na tobang, natoras…
Diolopkon haruaya mardomu bulung
Ditabalkon raja panusunan bulung
Antong: ….sanga ise naso manjou goar on,…..
Lambang eme nia bariba gadu
Songon i, hamu inang parmaen ni suhut sihabolonan, baen hamu ma nangkan iang panguncandaran. Na bolas margani-gani, na maroban ginjang dohot godang sian on tu pudi ni ari. Dipasahat ma tu tondi dohot badan munu, goar matobang, goar goar hamoraon. Jagit ma tondi dohot badan munu:
oru na di oli………..
sirumondang……..gelar……..namora oloan……………..Horas………………..3x
Ampe di abaramu, jujung di ambubumu…..
Suang songon ancimun diholbung……
Ditinggang ombun, maroban godang….
I tinggang las ni ari, marobang ginjang….
Ditinggang udan, mur maginjang magodang….
Bolas daon, gabe ubat……
Bolas muse, ubat ni nguas….
Sada, dua, tolu, opat, lima, onom, pitu
Pitu sundut suada mara, pitu sundut tong magabe
Horas…………Horas……..Horassssssssss……………
Marsitangkas, marsitorang :……………………
Goar on, na maradat, maruhum…….
Diparsaksihon, na tobang, na toras……………
Di olopkon hatu aya mardomu bulung……………..
Di atablkon raja panusunan bulung…………….
Antong : ………Sangan ise, naso manjou goar na………………..
Purojoton silalat na disuan nia……………………….
—————————-
Songon I hamu na mangite di sige bulu…….
Kahanggi, Anakboru, Pisang Rahut……….
Daganak dohot natobang……………
Na mangite laho siborang……….
Na manaek laho tu ginjang………..
Pir ma tondi dohot badan munu…..
Dohot do hamu, maginjang magodang…..
Nada I, dilang-lang pangusayang……
- Sian Kahanggi: Si Banir gelar Sutan Natoras……….
Horasssssssssss……..3x……………
- Anak Boru: Si Ronggur………Gelar Baginda Porkas
Horasssssssssss……..3x……………
- Pisang Rahut: …Si Bincar…gelar Baginda Fajar
Horasssssssssss……..3x………
Begitu juga anak-anak yang belum diberi nama, dan anak-anak yang belum diberi kain penggendong adat, panjangki na togu atau parompa sadun, masing-masing diberi nama dan diserahkan kain adat panjangki natogu.
- Anak dari Musa diberi ………..Ahmad
- Anak dari Marwan diberi nama………….Sahlan
- Anak dari Amir diberi nama……….Amran
Semoga nama-nama ini diberi berkah oleh Allah:
Tumbur ni bulu bolang
Nung-neng marbola dua
Simbur laho magodang
Peng-peng laho matua
Anak-anak yang diberi kain penggendong adat atau panjangki na togu, semoga sehat-sehat panjang umur:
Disalong bulung sabi
Dongan sayur ampapaga
Jadilah anak na solih
Marguna tu ama dohot ina
Horasssssssss………Horasssssssss………..Horassss……
Selesailah acara Manyengko-Nyengkoi Goar.
- Patuaekkon Tu Tapian Raya Bangunan
Acara membawa pengantin ke Tapian Raya Bangunan, diadakan kira-kira jam 9.00 pagi. Maka pengantin dengan seluruh rombongan yang mengarak, memakai pakaian perlengkapan menurut Adat.
Sebelum berangkat dari rumah oleh Raja Panusunan Bulung menyampaikan sepatah kata pemberangkatan, pengantin manortor lebih dahulu. Setelah selesai manortor, terus berjalan menuju Tapian Raya Bangunan, dengan susunan barisan sebagai berikut;
- Di depan kiri kanan jalan, Anak Boru membawa pedang terhunus sambil berpencak-pencak dan mengacung-acung acungkan, sebagai penjaga keamanan.
- Di belakang Anak Boru, kiri kanan jalan Pisang Rahut membawa tombak, terhunus, diacungkan kedepan, juga sebagai penjaga keamanan
- Kemudian Anak Boru menggendong Haronduk
- Pisang Rahut menjungjung pangir di dalam pahar
- Ompu ni Kotuk (nenek perempuan pangantin laki-laki) memakai abit Batak
- Kahanggi, natobang-hatobangon-harajaon (kaum ibu)
- Kahanggi ina-ina na marambit (kaum ibu)
- Bayo Pangoli (pengantin laki-laki) memakai payung rarangan warna kuning
- Baru na dioli (pengantin wanita) memakai payung boru berwarna hitam, berbintik-bintik warna emas
- Anak Boru yang mengendong anak (marambit) kaum ibu
- Pisang Rahut yang mengendong anak (marambit) kaum ibu
- Rombongan anak-anak gadis
- Penabuh gondang dan nyanyian (onang-onang)
- Rombongan halayak ramai
- Upacara di Tapian Raya Bangunan
Setelah sampai di Tapian Raya Bangunan, kedua pengantin duduk di atas kursi yang sudah disediakan, di hadapannya meja tempat langir dan kapur sirih. Raja Panusunan Bulung memulai acara marpangir (me langir) atau tepung tawar. Dengan memercikkan air pangir yang sudah diramu sedemikian rupa. Dan meneleskon kapur sirih kepada pengantin berdua. Begitu berganti-ganti, semua keluarga dan hatobangon harajaon, baik laki-laki maupun perempuan.
Secara simbolis bermakna, mereka menghanyutkan atau mengahiri masa remaja muda-mudi. Dan sekarang setelah berumah tangga, sudah termasuk golongan yang sudah dituakan, atau orang tua.
Setelah selesai acara melangir, semua rombongan di arak bebabaris kembali ke rumah, di pintu disambut disiram beras kunyit. Sesampainya di ruangan rumah, mereka kembali manortor. Setelah selesai manortor, duduk dan menunggu acara mangupa.
- Mangupa
Setelah kedua pengantin, didudukkan di ruangan rumah yang lapang, di kiri kanan mereka diapit pihak kahanggi dan anak boru, di hadapan mereka telah terhidang pengupa, dan seluruh keluarga, hatobangon-harajaon, dan tokoh masyarakat yang dipimpin Raja Panusunan Bulung, dimulailah acara mangupa.
Oleh ibu dari pengantin laki-laki, menyuguhkan sirih kepada pengantin, mula-mula kepada pengantin laki-laki, pengantin perempuan, dan kepada kahanggi dan anak boru yang duduk di samping mereka.
Setelah menyuguhan sirih selesai dilaksanakan, mulailah mengkobarkan pangupa (atau menyampaikan kata-kata pengupa; pada masa sekarang kata-kata pangupa tidak hanya bernuansa adat, tetapi juga agama.
Orang yang turut berbicara sesuai dengan urutannya;
- Anak Boru membuka pangupa dengan berpantun
- Ibu pengantin laki-laki mengkobar menyampaikan isi hatinya, dengan diadakannya mangupa
- Kemudian berturut-turut, kahanggi hombar suhut, anak boru, pisang rahut, mora, hatobangon-harajaon, semua kaum ibu.
Setelah selesai kaum ibu, baru disambung kaum bapak:
- Suhut, orang tua pengantin laki-laki
- Kahanggi beberapa orang
- Hombar suhut beberapa orang
- Anak boru beberapa orang
- Pisang rahut beberapa orang
- Mora dongan satahi beberapa orang
- Ompu ni Kotuk
- Hatobangon beberapa orang
- Harajaon di Huta
- Harajaon Torbing Balok
- Raja-raja Luat
- Raja Panundian
- Orangkaya Luat
- Raja Panusunan Bulung
- Hata Ni Anak Boru Mangungkap Pangupa
Sikatalla, sikatilli
Sikatilli ni panobasan
Mare rap taligi
Aha isi na di bagasan
Habang ma langkupa
Songgop tu siding-ding ari
Diungkap ma pangupa
Salamat tu ginjang ni ari
Sya’ir pertama mengajak untuk sama-sama dilihat apa isi hidangan pangupa. Sya’ir kedua, bermakna agar selamat sepanjang masa.
- Hata Pangupa dari Ibu Pengantin Laki-Laki
Assalamu ‘alaikum Wr, Wb
Santabi, sampulu, sampulu noli marsantabi. Yang kami hormati, seluruh undangan, dan tokoh-tokoh masyarakat, terutama Raja Panusunan Bulung. Ananda berdua, anak dan parumaen. Pada hari ini mendirikan rumah tangga handai tolan, keluarga, hadir menyaksikan begitu juga tokoh adat, dan agama, segala unsur kemasyarakatan. Di hadapan mu ada upa-upa
Horbo siompung bahal
Marguluan tu Sosopan
Di jolo munu dipatibal
Pasahatkon tu tondi dohot badan
Horbo na marbara
Manuk na marlobu
Totop hamu saroha
Denggan hamu marrosu
Dison piramanuk na dihobolan
Dohot sira na ancim pandaian
Ando hobol tandi dohot badan
Mura muse dohot pancarian
Ulang na lupa hamu tu Sigama
Dalan-dalan tu si Buhuan
Ulang lupa tu agama
Anso salamat di baen Tuhan
Sya’ir pertama, menyerahkan hidangan pangupa kepada kedua pengantin, sebagai tanda besar hati dan syukur. Sya’ir kedua, meminta agar tetap rukun dan damai seia dan sekata. Sya’ir ketiga, berdoa agar sehat jasmani dan rohani serta murah pencaharian. Sya’ir keempat, mengingatkan agar jangan lupa menunaikan ibadah, agar selamat dunia dan akhirat. Demikian kata upa-upa dari ibu si lelaki.
Demikian seterusnya berganti dan bersambung kaum ibu yang menyampaikan kata upa-upa, sesuai urutannya. Setelah selesai kaum ibu, seterusnya disambung kaum bapak. Yang peretama dimulai ayah pengantin laki-laki:
- Hata Pangupa dari Ayah pengantin laki-laki:
Assalamu ‘alaikum Wr, Wb
Santabi sampulu, sampulu noli santabi. Yang kami hormati, tokoh adat, tokoh masyarakat, istimewa kepada Raja Panusunan Bulung: Ananda berdua pengantin baru, hari ini kamu dinobatkan resmi jadi pengantin baru, memasuki era baru, tergolong orang yang sudah dituakan. Segala tingkah laku dan pola pikir remaja, harus dilepaskan dan dilupakan ananda berdua. Dihadapan mereka terletak hidangan upa-upa, yang harus dibaca, yang mengandung makna sebagai pedoman hidup berumah tangga, dianataranya ada;
Sira na ancin pandaian
Na dioban sial sibolga
Murah pancarian
Dapot lomo ni roha
Horbo saeto tanduk
Boti mangasa gogo
Malo hamu marbisuk
Songon I marpangalaho
Disalong dingin-dingin
Di toru ni bulung-bulung
Horas tondi madingin
Sayur matua bulung
Sya’ir pertama, mendoakan murah rezeki, dan selalu dalam kebahagiaan, Sya’ir kedua menganjurkan agar pandai memasukkan dan cerdik berpikir, Sya’ir ketiga, mendoakan selamat panjang dalam berumah tangga. Demikian seterusnya setelah selesai ayah dari pengantin laki-laki terus bersambung silih berganti.
- Hata pangupa dari alim ulam;
Assalamu ‘alaikum, Wr, Wb
Santabi sampulu, sampulu noli santabi
Yang kami hormati, bapak-bapak, ibu-ibu, para tokoh masyarakat, yang paling utama, Raja Panusunan Bulung. Rasulullah SAW bersabda dalam kitab Hadits;
Yang artinya: Nikah itu sunnahku.
Kita bersyukur sebagai umat Islam anak kita, yang berada di hadapan kita telah dapat melaksanakan perintah Rasulullah. Bila ada rezki mereka dapat melanjutkan keturunan, yang berarti memperbanyak umat Muhammad. Yang saya pesankan, sesuai dengan sabda Rasulullah bila ingin memperoleh anak yang saleh, jaga makanannya, karena Rasulullah SAW bersabda:
Yang artinya: “Anak yang dibesarkan dengan makanan yang haram, nerakalah baginya”.
- Hata Huhasi
Setelah selesai acara mangupa, segala undangan Raja-raja yang turut melaksanakan atau mengkobarkan hata pangupa, mereka pun masuk ke dalam satu ruangan yang sudah disediakan untuk tempat makan undangan Raja-raja.
Mereka duduk sesuai dengan cara aturan duduk di dalam persidangan Haruaya Mardomu Bulung. Menurut tingkat kedudukan mereka sebagai tokoh adat.
Tikar lapis yang diduduki mereka sesuai dengan tingkatan mereka sebagai fungsionaris adat. Hidangan untuk mereka istimewa dari pada hidangan untuk umum. Khusus otak dari kerbau yang disembelih pada hari itu, merupakan hidangan utama bagi mereka. Dan otak ini harus dihidangkan untuk mereka.
Setelah selesai makan, suhut yang mengadakan upacara horja mengucapkan terima kasih kepada seluruh undangan raja-raja.
Seterusnya kepada raja-raja yang hadir sewaktu hendak pulang ke tempat masing-masing, diberikan juhut torda atau jambar yang sudah disediakan dan diatur pembagiannya, sesuai dengan kedudukan mereka sebagai fungsionaris di bidang adat.
Setelah masing-masing menerima pembagian daging penuju atau juhut torda ini, bolehlah pulang ke kampung masing-masing.
- Aek-Aek Na
Di waktu pelaksanaan upacara horja, ada pihak-pihak yang paling sibuk, melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing, agar horja dan pelayanan tamu baik dan memuaskan. Pihak ini menurut adat: 1) Hatobangon, 2) Anak Boru, 3) Naposo Bulung. Mereka mungkin makan pun tergopoh-gopoh manikmati manortor dan manyapai tidak puas. Untuk memenuhi kepuasaan ini, ditambah waktu untuk makan sepuasnya, “ma anyingkili, manortor dan manyapai sepuasnya. Setelah itu baru gondang pun di soda, tidak dibunyikan lagi.
K.Paulak Anak Boru, Dohot Mangkobar Rugi
Setelah selesai upacara horja adat, keluarga terdekat belum boleh pulang, sebelum barang-barang peralatan dibersihkan dan dibereskan, begitu juga barang-barang yang dipinjam harus dikembalikan dahulu kepada yang empunya. Pembayaran-pembayaran merupakan utang kepada pihak lain harus selesai dibayar.
Pihak yang terutama bertugas dalam hal ini, kahanggi terdekat dan anak boru beserta pisang rahut, menurut adat tugas dan tanggung jawab kerja adalah urusan mereka.
Setelah semua barang-barang bersih dan telah disimpan pada tempatnya, baru pula disidangkan mengenai jumlah biaya pengeluaran selama horja berlangsung.
Yang menanggung segala pengeluaran ini, terdiri dari 3 (tiga) pihak yang menanggung beban tanggung jawab; 1) Suhut (yang berpesta), dibebankan 1/3 dari seluruh jumlah pengeluaran, 2) Kahanggi dongan sa ompu (saudara satu nenek) dibebankan 1/3 dari jumlah seluruh pengeluaran, 3) anak Boru Boru Goruk-goruk Hapinis (anak boru terdekat), dibebankan 1/3 dari seluruh jumlah pengeluaran. Selain dari bantuan ke tiga pihak ini, ada lagi bantuan-bantuan pihak lain. Bantuan ini disalurkan menurut jalur hubungan keluarga.
Bantuan dari: 1) Hombar Suhut/Pareban, langsung diberikan membantu suhut sihabolonan, 2) Kahanggi dengan sabutuha (satu marga), langsung diberikan membantu kahanggi, 3) Pisang Rahut (anak boru dari anak boru), langsung diberikan membantu anak boru goruk-goruk hapinis, 4) bantuan orang banyak, yang sudah terkumpul, lebih dulu mengurangi jumlah pengeluaran, baru diadakan pembagian jumlah biaya pengeluaran. Penerimaan di luar itu, langsung diterima suhut.
Setelah selesai sidang mangkobar rugi (biaya pengeluaran). Maka suhut bolon pun menyampaikan Hata Huhasi (ucapan terima kasih atas segala bantuan dan jerih payah) terhadap Kahanggi, Anak Boru dan Pisang Rahut. Serta minta maaf, atas segala sesuatu yang tidak menyenangkan perasaan. Kemudian dilaksanakan pemberian daging torda atau jambar; 1) Untuk Anak Boru diberikan Udut Rungkung, 2) untuk Pisang Rahut diberikan Seit Abara atau Kaki bahagian bawah (perlambang sinot panungkoli), 3) untuk Kahanggi diberikan Juhut Mulak.
Setelah selesai segala urusan kerja, masing-masing keluarga boleh pulang ke tempat masing-masing. Bila dilihat dari segi kegotong-royongan dalam keluarga menurut Adat. Semua beban pembiayaan menjadi ringan. Dengan sendirian namun pihak dari keluarga bisa membuat pesta atau horja besar, walau sebesar apapun biayanya.
Sekarang semangat dan ajaran kerjasama dan kegotong royongan itu, sudah pudar. Siapa sanggup berbuat sendiri. Sehingga banyak orang yang tidak mampu membuat pesta Adat yang besar.
- Jambar
Gambar 18: Penyembelihan Kerbau
Yang dimaksud dengan Jambar ialah pembagian dan penggunaan daging kerbau yang dipergunakan sewaktu mengadakan Horja Godang. Baik dalam Horja Siriaon (suka cita), atau pun Horja Duka Cita). Penggunaan dan orang-orang yang berhak menerima pembagian dari daging kerbau yang disembeli pada saat horja itu ada ketentuannya.
Tutur Parjambaron
.Orang-orang yang berhak menerima dading dari jambar ada ketentuan menurut tutur, seperti kata orang Batak:
Nasiat tu parsoburon
Nasiat mai tu panggatan
Natangkas dipartuturan
Ingkon manjalo parjambaran
Yang jelas dalam hubungan tutur harus menerima pembagian daging kerbau yang dipotong dalam HorjaGodang. Adapun pihak-pihak yang berhak menerima atau mendapat pembagian jambar ialah:
- Na Markahanggi Namarbutuha (saudara semarga):
- Suhut Bolon (yang berpesta/horja)
- Suhut na markahanggi dengan sa ama sa ina
- Suhut na markahanggi ama (saudara satu nenek)
- Dongan tubu (kakak beradek nenek)
- Dongan tubu marsoli-soli (saudara satu nenek di atas)
- Dongan sa marga di huta
- Anak Boru:
- Iboto sa ama sa ina ni suhut (saudara perempuan seibu sebapak)
- Boru tubu dohot namboru ni suhut (anak perempuan dan bunde)
- Boru na tua-tua (saudara perempuan dari nenek bersaudara)
- Anak Boru Nagojong (anak boru kawan semarga yang tinggal di desa setempat)
- Anak boru diampuan (anak boru pendatang ke desa setempat, hubungan tutur anak boru)
- Pisang Rahu
Yaitu anak boru dari anak boru suhut. Perlu dimengerti dan diperhatikan istilah: Pisang Rahut dan Pisang Raut. Dalam bahasa Angkola Pisang Rahut, maksudnya “Rahut” sebagai pengikat.Pisang muali dari akar, batang, getan, daun dan lain-lain.Dipergunakan sebagai pengikat atau sebagai pembungkus agar tetap teguh bersatu.Demikian di Angkoka diperlambangkan Pisang Rahut selalu bertugas sebagai pengikat dan pemersatu keluarga.Bila ada yang retak Pisang Rahut harus mengikat kembali agar tetap bagus.Pisang Rahut siap memberikan bantuan tenaga dan pikiran maupun materi terhadap mora dan mora ni mora
Dalam bahasa Mandailing ada raut, sebangsa pisau.Sedang di Angkola untuk pisau diakatakan “Piso”, bukan raut.dan pisau gunanya di Angkola untuk penyayat. Jadi di Angkola maksudnya untuk pengikat, bukan untuk penyayat.Tujuan Pisang rahut pun pengikat dan memperkokoh ikatan silaturrahim dalam keluarga.Bukan untuk menyanyat atau membelah-belah.Jadi orang-orang Angkola harus hati-hati mempergunakan istilah adat.
- Mora, yaitu pihak keluarga, tempat mengambil isteri.
- Tulang ni suhut atau simatua (tempat mengambil isteri, baik yang sepihak dengan kahanggi atau mertua)
- Tulang di ama ni suhut (mertua ayah)
- Bona Tulang (mertua nenek)
- Bona ni ari (mertua ayah nenek)
- Bona ni ari na ginoaran (mertua nenek ayah)
- Tulang robot (mertua dari isteri)
- Mora ni mora
- Tulang robot sude mora ni mora (mertua dari isteri ke atas)
- Harajaon dohot si tuan natorop
Raja-raja, hatobangon, ripe-ripe, dan semua yang menerima daging jambar.
Pembagian Ni Juhut Dohot Jambar
Bila diadakan suatu horja godang, dalam pelaksanaan pesta atau horja itu, ada pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan pesta horja itu.Agar terlaksana dengan baik, dan ada pula sebagai undangan. Kerbau yang dipotong pada saat berlangsungnya horja selain dari untuk digulai dan ada pula orang-orang yang berhak mendapatkan bagian, yaitu Torda Tu Sopo Eme, Tok-Tok Harajaon – Hatobangon, Hasaya Gule.
- Torda Tu Sopo Godang, ialah bagian daging yang disimpan ke lumbung padi, sebelum dipergunakan kepada tujuannya. Daging ini terdiri dari: a) 1/3 lancinek, b) sebagian ulu punggung, c) sebagian daging ramosir. Yang menerima jambar ini, ialah undangan; a) Raja-Raja Torbing Balok, b) Raja-raja Luat.Mereka yang di undang ini, disebut Pisang Pangirit.Dalam sidang Adat maralok-alok haruaya mardomu bulung, karena mereka-mereka inilah yang bicara mengeluarkan dan pikiran agar pelaksanaan horja berjalan dengan baik.
- Tok-Tok Harajaon-Hatobangon, yaitu bagian daging yang disediakan untuk orang-orang yang turut peran dengan sepenuh tanggung jawab untuk pelaksanaan pesta horja yang diadakan itu. baik berdasarkan kekeluargaan, kemasyarakatan satu desa, sebagai tokoh adat dan tokoh masyarakat: a) Untuk Suhut diberikan, satu seitulu punggung, lapaan, 1/3 ramuan, 1/3 goaran-goaran, 1/3 lancinek, 1/3 ramosir, 1/3 tuk-tuk ni andora, b) Par Ompuon: diambil dari daging torda, sebagian paha belakang dan diberikan saat membagi-bagikan daging, c) Kahanggi di Huta diberikan juhut mulak, d) Anak Boru: udut rungkung, e) Pisang Rahut: seit abara atau kaki bawah, f) Mora,tulang Rincan (kaki atas) langsung diantarkan), g) Harajaon-Hatobangon-Orangkaya di Huta: 1/3 lancinok, 1/3 lapaan, h) Ripe-ripe, diambil dari daging tok-tok, i) Raja Panisean (Malin dan Datu); 1/3 ramosir, 1/3 tuk-tuk di andora, i) Raja Pangundian (Raja Panusuk); satu tulang kaki belakang, j) Raja Panusunan Bulung: 1/3 ramosir (hundulan), 1/3 tuk-tuk ni andora, sada seit (hundulan), k) harajaon Luat Torbing Balok, yang disebut Pisang Pangirit: 1/3 lancinok, sebagian ulu punggung, juhut ramosir, l) Parhutaon: daging paha belakang, m) Bayo panyambol: panyambolan, n) Bayo Panjorat:sebagian dari daging tok-tok, o) Bayo Panyahe-nyahe: sebagaian dari daging tok-tok, o) Bayo pangalapa, 1/3 lapaan, p) Bayo Parontang, tamparan, q) Bayo pargondang; tamparan, s) Pardahan, sebagaian dari daging tok-tok, t) anyang ni Raja-raja di Sopo Godang; taritis, lancinok, butuha, juhut, u) Hasaya Gule,gule tamu dan pangupa; v) untuk gule tamu; sangkae pat na pudi, deba juhut nasan jolo, hali-hali, 1/3 ramuan butuha, 1/3 goar-goaran (ate-ate dohot na asing-asing), bobak (huling-huling), w) untuk hidangan pancupa, igung, ditarok di muka, mata kiri kanan, dila/ lidah, pinggol kiri kanan, ate-ate, rak, bobak/ huling-huling, tulang ni pat, pangkalihur.
Arti Tulan Rincan
Tulan Rincan adalah bagian kaki atau paha kerbau yang paling kuat menahan badan, untuk berdiri maupun berjalan. Di dalam adat diumpamakan mempunyai pengaruh dan kekuatan dalam kehidupan. Tulan rincan adalah satu-satunya pemberian jambar kepada Mora apabila ada horja. Menggambarkan kehidupan ini, dimulai dari kekuatan yang diberikan Mora kepada Anak Boru. Dengan mengawinkan anak putrinya kepada seorang laki-laki, sebagai pendamping dalam mengarungi kehidupan.
Tanpa isteri kurang teguh dan kurang bahagia dalam mengarungi kehidupan. Sember tanaga dan kebahagiaan dari Mora ini, merupakan penghargaan dan penghormatan terhadap yang tidak ternilai besarnya. Maka diperlambangkan pemberian Tulan Rincan ini kepada Mora.
Arti Udung Rungkut
Keberadaan Udung Rungkut pada diri kerbau, adalah bahagian yang memberikan kekuatan tenaga untuk memikul atau menarik beban pedati, yang bagaimana pun beratnya. Begitu juga bagi manusia, bahu dan pangkal tengkuk dalam pemberi kekuatan yang luar biasa, untuk memikul beban berat seberat apa pun.
Diperlambangkan kepada Anak Boru, yang bertugas dan bertanggung jawab, untuk melaksanakan tugas yang diberikan Mora terhadap Anak Boru.
Bantuan tenaga dan pikiran Anak Boru terhadap Mora, merupakan penghargaan yang luar biasa. Maka diperlambangkan dengan pemberian Udut Rungkung kepada Anak Boru.