Kekhawatiran Aksara batak Angkola diambang kepunahan

oleh Rania

Adalah Rony Saputra Siregar yang nota bena adalah seorang Seniman dan juga Budayawan muda yang senantiasa tergerak hatinya untuk melestarikan seni dan budaya angkola terkhusus aspek-aspek yang dikhawatirkan akan tergerus jaman sehingga berada diambang kepunahan, seperti Aksara Batak Angkola, Amnyurat Batak atau yang dikenal juga dengan sebutan Surat Tulak-tulak atau yang lainnya, gondang topap atau dikenal juga dengan Gondang dua atau gondang boru serta juga nungneng, tulilla serta saluet. Untuk yang pertama yaitu Aksara Batak Angkola, yang mana Aksara Batak angkola ini saat ini diperkirakan akan berada diambang kepunahan dikarenakan kurangnya minat generasi muda untuk mempelajarinya dikarenakan hebatnya daya tarik budaya lain melalui kecanggihan media sosial saat ini hingga budaya lokal terabaikan. Rony Saputra Siregar yang akrab dipanggil Rony terus bersinergi bersama para pegiat budaya lainnya seperti Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam yang dikenal sebagai Budayawan senior yang telah menulis banyak buku terkait adat budaya angkola dan juga DR.Zainal Efendi Hasibuan yang merupakan Dosen di salah satu perguruan tinggi negeri di padangsidimpuan dan juga tokoh budaya lainnya, hingga pada tahun 2021 terciptalah sebuah buku yang memuat Aksara Batak Angkola dan berkat kerja keras dan sinergi maka akhirnya Pemerintah Kota Padangsidimpuan melalui Dinas Pendidikan melaunching buuku Aksara Batak Angkola yang ditulis oleh 3 tokoh pemerhati seni budaya ini dan diajarkan di SD dan SMP  sebagai upaya dalam menyelamatkan salah satu sendi budaya dari ambang kepunahan. Dan ditetapkan sebagai Muatan Lokal melalui Peratuuran Walikota.

banner 336x280

Akhirnya pada tahun 2022 Kota Padangsidimpuan menoreh sebuah sejarah prestasi dengan diajarkannya kembali aspek-aspek seni budaya di SD dan SMP terkhusus Aksara Batak Angkola yang telah mengukir sejarah yaitu salah satu pelajar SMP di Padangsidimpuan berkesempatan membuat tulisan Terimakasih Pak Presiden yang ditulis dalam Aksara Batak Angkola yang saat ini telah dipajang di Istana Negara dalam kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat Nasional yang diselenggarakan di Jakarta oleh Dirjen Perlindungan Bahasa Kemendikbudristekdikti  yang pada saat ini Padangsidimpuan mengirimkan 5 orang pelajar SD SMP ke ajang Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat Nasional yang merupakan hasil seleksi di tingkat Provinsi.

Upaya pelestarian itu tidak sampai disini, saat ini Rony Saputra Siregar terus bersinergi dengan pada pemangku adat khususnya Raja-raja Adat di berbagai tempat di Kota Padangsidimupun yaitu dengan juga menggiatkan kegiatan belajar dan berlatih di bagas-bagas godang sebagai upaya untuk melestarikan warisan-warisan leluhur tersebut . Contohnya di Bagas Godang Pijorkoling sebagai Sopo Godang ( Runah Raja ) dijadikan tempat berlatih serta belajar terkait seni budaya dan kearifan. Sehingga Seni Budaya dan kearian ini senantiasa lestari dan terjaga dari kepunahan.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed