Kerajaan Sulagan Di Lubuk Manik ( Cerita Rakyat Angkola )

oleh Rony saputra Siregar

Uncategorized511 Dilihat

Kerajaan Sulagan Di Lubuk Manik

banner 336x280

Raja Sulagan yang berada di Lubuk Manik, sebelum beliau berada di daerah itu, telah banyak manusia menghuni daerah itu.Sesuai dengan bukti-bukti kesibukan dan kegiatan para nelayan penangkap ikan di danau itu.Penghuni yang didapatinya sangat berbeda budaya hidupnya dengan budaya hidup yang ada pada diri beliau.Yang diwarisinya dari Batak Toba.  Semangat dan kekuatan tenaga kerjanya jauh lebih luar biasa.

Setelah Raja Sulagan mengamati daerah yang subur itu, merekapun bersama-sama dengan kawannya yang datang dari Toba, mulai membuka usaha pertanian. Semangat kerja dan kegiatan mereka jauh lebih tinggi, dari cara-cara berusaha orang-orang yang sudah lama tinggal di daerah itu. Pertanian dan peternakan mereka galakkan. Kemakmuran yang dicapai dan dikuasai mereka, membuat wibawa Raja Sulagan menjadi tinggi dan disegani orang-orang lama yang tinggal di daerah itu. Semua menjadi tunduk kepada Raja Sulagan, karena dianggap sebagai guru dan panutan.

Kemudian terdengarlah kabar ke daerah Toba, yaitu daerah asal muasal Raja Sulagan, bahwa Raja Sulagan telah menjadi raja besar, dan hidupnya makmur dan berwibawa di tanah Batak Selatan. Maka berdatanganlah orang-orang Batak Toba ke daerah itu, tidak terhingga banyaknya. Karena mendengar subur dan makmurnya daerah kerajaan Raja Sulagan.

Setelah bertahun-tahun mereka hidup makmur dan damai, di daerah Lubuk Manik tempat kerajaan Raja Sulagan, di satu saat timbul mala petaka yang sangat dahsyat. Kegiatan gunung berapi Lubuk Raya menjadi-jadi, mengeluarkan kepulan asap yang luar biasa. Kepulan asal membuat semua kawasan gelap. Rakyat mulai panik, berusaha tidak menentu. Getaran-getaran bumi sering terjadi merupakan gempa.

Raja Sulagan dan rakyatnya tidak bisa berbuat apa-apa, selain pasrah, masing-masing menghindar untuk menyelamatkan diri. Suasana mulai kacau balau, bukan saja kehidupan manusia yang terganggu, binatang ternak dan binatang liarpun terganggu.

Kerajaan Sulagan terletak disatu bukit, yang disebut Tor Lubuk Manik, dipinggiran danau Simarsayang, agak ke sebelah Timur Laut.

Menurut cerita zaman dahulu, ada sebuah kerajaan yang besar yang letaknya tidak jauh dari lembah gunung Lubuk Raya, tempat itu disebut Tor Lubuk Manik.Kerajaan ini sangat besar dan berkuasa.Rajanya gagah berani dan disegani masyarakat sekelilingnya.Ia sangat ditakuti rakyatnya dan rakyat patuh atas segala peraturan dan perintah beliau, namanya Raja Sulagan.

Raja ini menurut ceritanya adalah keturunan Datu Dalu. Datang dari Parlombuan, melanglang buana sampai ke Sipultak, seterusnya sampai ke Silindung, Pahae akhirnya sampai ke Batak Selatan, disuatu tempat yang disebut Paya Ombur, dikawasan Tor Lubuk Manik. Tidak jauh dari lembah gunung Lubuk Raya, daerah ini termasuk Luat Angkola Julu.Dalam petualangan beliau kabarnya, bukan beliau seorang diri beliau mempunyai kawan, dalam rombongan petualangan itu.

Setelah beliau berada di daerah ini, serta memperhatikan alam sekelilingnya. Daerah ini sangat menyenangkan hatinya dan Senang dipandang mata, cocok untuk tempat tinggal dan berusaha. Ketika beliau berdiri di salah satu batu besar di puncak Tor Lubuk Manik, dan memandang ke arah Utara, nampak dari dekat Gunung Lubuk Raya dan gunung Sanggarudang dengan panorama yang indah, senang dipandang mata. Pada masa itu, Lubuk Raya masih gunung berapi, mengeluarkan kepulan asap yang membubung ke angkasa. Gunung Lubuk Raya, adalah satu gunung yang tertinggi di Tapanuli bahagian selatan, Tingginya 1000 m dari permukaan laut. Di lerengnya dibarengi dengan anak-anak gunung pendamping yang mengitari gunung Lubuk Raya, yang menghiasi panorama, semakin indah dan senang dipandang mata, bila beliau memandang ke arah Selatan, nun jauh di sana terlihat Gunung Sorik Marapi di Mandailing, mengeluarkan asap yang mengepul-epul membubung tinggi ke angkasa.

Bila beliau memandang ka sebelah Timur dan dekat nampak oase genangan-genangan air, rawa-rawa yang luas, yang disebut Paya Ombur. Di sekelilingnya padang rumput yang sangat luas, yang di selang selingi semak-semak dan hutan-hutan kecil, sambung menyambung sampai ke Padangbolak/Padanglawas. Tempat terhamparnya berbagai macam binatang liar maupun binatang ternak, nampak bertabur dipadang rumput yang luas itu. Bila ternak haus, nampak berduyun-duyun turun minum menuju rawa-rawa di sekitar Paya Ombur, Berbagai macam buah-buahan terdapat di padang rumput seperti balakka, sanduduk, haramonting, igar-igar dam lain-lain. Begitu juga di semak-semak dan hutan-hutan kecil, banyak buah- buahan yang berbagai macam nikmat dan rasanya, Bila beliau memandang ke sebelah Barat dan dekat dipinggiran Lubuk Manik, terhampar danau yang luas, membujur dari Utara ke Selatan, yang dikelilingi dab bukit-bukit dan gunung-gunung, yang merupakan sambungan dari gunung Bukit Barisan dari Selatan ke Utara sepanjang Sumatera. Ikan dalam danau melimpah ruah, Banyak kelompok penangkap ikan membuat bandar-bandar tempat singgah dan berteduh. Terutama sepanjang pinggiran danau di Tor Simarsayang.

Sehingga dengan terbiasanya tempat-tempat itu, dipergunakan para nelayan-nelayan penangkap ikan danau, sampai sekarang tempat itu terkenal dan dinamakan sesuai dengan sejarah penggunaannya sejak dahulu:

  1. Si Tataring, dimana para nelayan penangkap ikan danau, sudah terbiasa mereka, baik per kelompok, maupun perorangan di sana memasang tungku untuk memasak makanan, sampai sekarang nama tempat itu disebut Sitataring.
  2. Si Horing-Horing, di tempat itu pada dahulu, para penangkap ikan mengeringkan ikan. Karena tempat itu, sebelah timur sangat tepat pancaran sinar matahari mengarah ke tempat itu, dan berada di lereng bukit simarsayang sebelah timur, sangat cocok untuk menjemur atau mengeringkan ikan (pa-horingkon atau manjomurhon). Tempat itu sampai sekarang disebut Sihoring-koring.
  3. Si Salean, dimana para nelayan penangkap ikan danau, sudah terbiasa mereka menyalai ikan di tempat itu danau, sudah terbiasa mereka menyalai ikan di tempat itu (mangale). Tempat itu agak ke Utara, pinggir danau Tor Simarsayang. Karena dipergunakan sebagai bahan alat penyalai ikan. Sampai sekarang tempat itu, dinamakan sisalean. Begitu banyaknya ikan di danau itu, melimpah ruah. Boleh memilih, ikan-ikan kecil yang sempat terjaring atau tertangkap dibuangkan saja, yang diambil yang besar-besar. Banyak yang sayang tidak dipergunakan.
  4. Si Mangonding, apabila musim kemarau, teriknya panas sangat menyengat di danau dan di padang atau Tor Simarsayang yang lapang dan terbuka itu, para nelayan penangkap ikan danau mencari tempat berlindung dari terik matahari sambil istirahat, agak jauh ke timur dari tor simarsayang yang disebut Simangonding. Tempat ini agak rimbun hutan belukarnya, terlindung tendangan pancaran sinar matahari. Sangat cocok untuk tempat berteduh dan istirahat. Sampai sekarang tempat ini dinamakan Simangonding, karena terlindung dari panas matahari (onding sian las ni ari). Selain itu danau simarsayang itu, banyak lagi rawa-rawa yang berisi berbagai macam ikan tawar. Daerah kerajaan-kerajaan Raja Sulagan sungguh makmur, baik dengan hasil ikan dari danau dan rawa-rawa, hasil berbagai hewan atau binatang ternak baik yang liar maupun yang jinak. Begitu juga hasil dari hutan berbagai macam makanan.

 

  1. Bukit Atau Tor yang Mencuat di Tengah-Tengah Danau Simarsayang
  1. Tor Sidimpu atau tor Nadimpu. Tempat ini merupakan padang rumput yang mecuat (onggokan atau dumpu). Kemudian setelah dihuni manusia dinamai padang Nadimpu. Dari sinilah awalnya lama-lama menjadi nama Kota Padang Sidimpuan. Dengan perali kata-kata yang semakin dibaguslan dan dibiasakan dari Padang Nadimpuan menjadi Padang Sidimpuan.

Cerita ini sering diungkapkan oleh guru-guru pada waktu sekolah dasar (dahulu dinamakan Sekolah Rakyat). Pada masa dahulu, guru-guru sekolah adalah putra daerah yang banyak mengetahui tentang cerita rakyat daerah. Dan sering guru-guru sekolah menceritakan cerita-cerita rakyat daerah. Yang sangat berguna, memperluas wawasan pengetahuan anak untuk daerahnya dan tidak kalah pentingnya untuk pembinaan karakter dan pendidikan moral dan budaya.

Sekarang yang menjadi guru, tidak selalu putra daerah, terkadang guru yang di tempat dari daerah lain dan suku lain dan suku lain pula. Belajar hanya dengan pengantar bahasa Indonesia melulu. Otomatis hilang bahasa ibu, hilang sejarah lingkungan, hilang wawasan budaya lingkungan, hilang moral dan pembinaan adat budaya. Dengan sendirinya hilang identitas suku sebagai hazanah kekayaan budaya bangsa.

Generasi sekarang telah banyak tidak mengenal dan mengetahui adat budayanya, tidak mengenal dan mengetahui sejarah lingkungannya, dan sudah cukup banyak tidak pandai berbahasa ibu atau bahasa daerahnya sendir. Kampung Sidimpu, yang telah padat dihuni manusia terletak di pusat kota Padangsidimpuan

  1. Tor Sisada-sada, agak sebelah Barat, dekat desa Sadabuan sekarang. Tor atau bukit ini, telah dipergunakan orang menjadi tanah timbun, sehingga sudah habis rata, tak ada lagi bukit. Sudah menjadi perumahan dibuat orang.
  2. Tor Panyanggar, memanjang dari utara ke Selatan, yang sebagian dari Utara dihuni oleh orang, menjadi perkampungan yang disebut Desa Panyanggar. Dan sebelah Selatan dijadikan menjadi kuburan orang-orang Cina, yang disebut kuburan Cino. Kuburan Cino ini, sekarang sudah termasuk Desa Sadabuan. Kuburan Cino di Sadabuan, yang menjadi tempat pemakaman orang-orang Cina sekota Padangsidimpuan.
  3. Tor Urung Natolu, agak jauh ke Selatan. Sekarang masih berfungsi sebagai tempat berusaha rakyat berkebun karet, menggembala ternak.

Banyak desa yang berdekatan ke bukit ini, atau Tor Urung Natolu ini. antara lain: desa Batunadua, Purwodadi, Huta Lereng, Ujung Gurap, Pudun dan lain-lain.

Inilah bukit-bukit yang berada mencuat di tengah-tengah permukaan danau itu, merupakan pulau-pulau kecil. Jauh di sebelah selatan, terhempang bukit yang disebut tor sihitang, membendung danau itu dari arah selatan. Menurut cerita bukit inilah sebagai benteng pembendung danau simarsayang dari arah selatan. Tingginya benteng ini, menjadikan adanya air terjun yang tinggi, dari air yang keluar dari danau itu. Air danau sungguh sangat melimpah ruah, karena banyaknya sungai-sungai yang membawa air ke dalam danau yang berasal dari gunung Lubuk Raya dan gunung Sanggarudang. Keadaan tanah sekitar danau Simarsayang cukup subur. Daerah ini disebut sebagai Luat Angkola. Kehidupan manusia cukup makmur terutama dari hasil alamnya.

 

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *