Upacara Adat Angkola ( bagian 2 )

Artikel oleh Rony Saputra Siregar

Uncategorized544 Dilihat

MANAKKO DALAN, DAN MANGUPA DAGANAK TUBU, DAN MANJAGIT PAROPPA

banner 336x280
  1. A. MANAKKO DALAN

Dalam proses adat berikutnya yang harus dilalui si bayi, disamping beradaptasi dan menambah kekebalan tubuh, orang tua membawa bayi yang berumur dua minggu atau lebih ke sawah atau ke lading mereka. Dalam hal ini si ibu mempersiapkan dari rumah oleh-oleh dari bayi untuk kawan-kawannya di huta yaitu berupa itakpohul-pohul yang akan dibagi-bagikan setelah pulang dari sawah atau ladang. Atau dengan cara lain yaitu pada hari pasar si ibu membawa anaknya ke pasar terdekat tanpa sepengetahuan pihak lain. Setelah sampai di pasar si ibu membeli parompa untuk si bayi, setelah semua keperluan dibeli, si ibu tidak lupa membeli gula-gula sebanyak mungkin sebagai oleh-oleh dari si bayi kepada semua teman-temannya (anak-anak yang ada di huta tersebut.

B.MANGUPA DAGANAK TUBU

Apabila orang tua merasa bersyukur atau berbesar hati atas kelahiran anaknya, maka diadakanlah Horja Mangupa Daganak Tubu.Tingkatan horja ini sesuai dengan kemampuan orang tuanya dan biasanya pada saat horja tersebut ditabalkan juga nama anaknya.

Tingkatan Horja Mangupa Daganak Tubu terdiri dari:

  1. Horja Na Menek (Pesta Adat Kecil)

Mangupa dengan Horja Namenek, lahanan (syarat) nya adalah ayam.Biasanya horja ini dilaksanakan dalam lingkungan keluarga sendiri.

Persiapan yang dibutuhkan: telur, ayam, ikan yang didurung, sira, daun silalat na dipudun, serta lauk pauk lainnya. Setelah semua dimasak, ditaruh dalam satu wadah/ pinggan (Pinggan Godang/ Pinggan Besar).

Semua makanan yang ada di pinggan godang tadi.Mempunyai makna yang tersirat bagi orang yang menghayati dan mendalami adat.Semua yang terhidang dalam Pangupa itu dapat diutarakan pembicara dalam berbagai ungkapan seperti.

Ihan  sayur na pitu sungai

Pitu sundut suada mara

Pitu sundut tong magabe

Pira manuk na dihobolan

So hobol tondi dohot badan

Sira na ancim pandaian

Anso mura rasoki mura pancamotan

Indahan sabonang mata

Inda poda dipangan mabinoto daina

Manuk na rambe lalai

Na martahuak ditonga ari

Anso salamat mulai sannari

Sahat tu gincat ni ari, dan seterusnya.

  1. Horja Panonga (Pesta Adat Menengah)

Sebelum diadakan horja terlebih dahulu didakan Tahi Ungut-Ungut (antara suami-istri). Setelah Tahi Ungut-Ungut ditingkatkan ke Tahi Sabagas (Suhut Namardalihan Na Tolu), selesai ini lanjut ke Tahi Sahuta yang berazaskan Bondul Na Opat (Harajaon-Hatobangon-Orang Kaya-Dalihan Na Tolu).

Lahanan (hidangan) Horja Adat Menengah adalah Horbo Janggut (kambing). Disaat pelaksanaannya dihadiri oleh: Suhut Na Mardalihan Na Tolu, Hatobangan, Orang Kaya, dan Raja Pamusuk.

  1. Horja Godang (Pesta Adat Kebesaran)

Horja Godang dengan hidangan (Marlahanan Na Bontar/ Kerbau) diselenggarakan setelah semua selesai dilaksanakan yaitu: Tahi Ungut-Ungut, Tahi Sabagas Suhut Na Mardalihan Na Tolu, Tahi Sahuta dan baru terakhir diadakan Tahi Godang yang dihadiri selain undangan se huta ikut serta Raja-Raja Torbing Balok dan Raja Luat. Setelah segala persiapan hotja selesai dilakukan maka dianaikkan/dibunyikan gendang dan langsung didirikan bendera-bendera dan umbul- umbul lainnya (tanda-tanda di halaman).

Sebelum diadakan upacara Mangupa Daganak Tubu, terlebih dahulu menerima Osong-Osongni Anak boru untuk mengelu-elukan kedatangan Mora.Setelah semuanya rampung baru diadakan Mar Alok-alok Haruaya Mardomu Bulungpada malam harinya dan dilanjutkan dengan acara manortor, sedang acara mangupa baru diadakan esok harinya. Apabila Ompung (nenek laiki-laki) dari pahompu sudah meninggal diadakan ziarah ke kuburannya kemudian baru dilakukan upacara “Manyingko-nyingkoi Goar”memberi nama gelar. Pada saat itu juga bisa dilaksanakan penyerahan panjangki oleh pihak Mora kepada cucunya, juga Suhut pada kesempatan itu memberi panjangki kepada pihak Anak boru yang belum menerima panjangki.Penyerahan panjangki harus oleh ompung Bayo dengan menyandangkan (mengambitkon)nya.

 

Indon ma panjangki na togu

Namarragi-ragi si jabak

Namaraggi angkar cino

Leleng umur mangolu

Simbur ho laho ma godang

 

Setelah selesai menyingko-nyingkoi goar dan pemberian Panjangki baru dilaksanakan Patuaekkon Tu Tapian Raya Bangunan untuk membuang semua yang buruk mengambil semua yang bagus.Sekembalinya dari Tapian Raya Bangunan baru dilaksanakan upacara Mangupa Daganak Tubu yang dilaksanakan oleh Suhut dan Hatobangon-Harajaon.

Apabila pihak Anak boru ingin mengadakan acara Mangalo-alo Anak Tubu paling baik dapat dilaksanakan pada saat ada Horja Mangupa Daganak Tubu.Sebagai silua sebaiknya seekor Horbo Janggut (kambing) dan kedatangannya itu diterima Suhut yang dihadiri oleh Hatobangon dan Harajaon.

Setelah marsilamotoan(makan bersama) dilanjutkan dengan acara mangkobarkan natarsangkapdi bagasan ni roha(mengemukakan niat yang terkandung). Kalau kebetulan anak yang lahir itu perempuan, kemudian ada datang maksud dari pihak Anak boru untuk meminang dan mangalampini (memberi pakain kepada si bayi) pada saat itu juga dihadapan Suhut Na Mardalihan Natolu, Hatobangon dan Harajaon di adakan upacara peminangan dari Anak boru. Boru inilah nanti yang disebut “BORU NUNUNGAN”.

Apabila pinangan itu diterima orang tua si anak, maka anak ini dikemudia hari tidk dapat lagi dipinang oleh orang lain. Biasanya disaat pernikahannya nanti dengan anak ni Namborunya akan dipabuat dohot gondang di alo-alo dohot gondang.

Cara pemberangkatan Boru Nunungan ini dinamai “Pabuat Boru Namora Namarjambang Ma Reor-Eor”.

 

Cara pemberangkatan Boru Nunungan:

  1. Ada borunya (putri calon istri) ditandu dari rumah Mora ke rumah Anak boru. Boru disertai oleh Rading-Rading yaitu yang membantu boru ini dalamkehidupannya sehari-hari.
  2. Ada boru diberangkatkan dari rumah Mora ke rumah Anak borunya dengan berkendaraan gajah (dijaman dulu).

 

  1. C. MANJAGIT PAROMPA

Aslinya dalam acara adat manjagit parompa ialah si anak boru datang ke rumah Moranya untuk mengambil/menerima Panjangki dari Moranya. Caranya:

  1. Mambuat Di Sangkotan

Mambuat DI sangkotan lahannya ayam, disaksikan oleh unsur Harajaon, Orang Kaya, Hatobangon dan Alim Ulama.Setelah prosesi di rumah Mora selesai, parompa dibawa pulang ke rumah.Keluarga yang mengambil parompa tadi harus memberi tahu kepada Harajaon dan Hatobangon di hutanya. Awal kata dari Suhut:

“Nangkin mardalan-dalan indon si Ucok tu bagas ni Mora name diida ia di si adong na sangkot parompa sadun (panjangki) lalu di laoskon ia, imada dalan-dalanna hami palagut Harajaon, Hatobangon di borngin ni ari on na paboahon ma hami tu hita sude…..”

  1. Manjagit panjangki di jolo ni Harajaon- Hatobangon di bagas ni Mora. Lahananna Horbo Janggut (kambing).

Dalam acara ini semua unsur Dalihan Na Tolu, Harajaon dan Hatobangon hadir mangkobar (berbicara) dalam persidangan sewaktu menyerahkan Panjangkitu tondi dohot badan ni Pahompu. Dalam penyerahan parompa tersebut Ibu dan Ayah dari istri (Ompung Boru dan Ompung Bayo) menyandangkan Panjangkitersebut kepada pahompunya. Kemudian setelah pulang kembali ke rumahnya, orang tua yang menerima Panjangkitadi harus memberi tahu dan mengundang unsur parsahutaon yaitu: Raja, Orang kaya, Hatobangon dan Alim Ulama.

Pada masa sekarang ini ada juga Mora yang datang mengantarkan Panjangki tersebut ke rumah Anak borunya.Karena pada saat itu Anak boru sedang melaksanakan acara mangupa atau syukuran anak tubu (kelahiran bayi). Pihak Mora membawa semua keperluan horja yang belum dimasak, berupa: horbo janggut, beras, kelapa dan bumbu selengkpnya. Dengan melalui acara martahi di rumah Anak boru diserahkanlah semua bahan yang dibawa tadi ke hadapan Harajaon, Hatobangon ni huta supaya dapat dipergunakan pada saatnya nanti kedatangan Mora disamping mereka membawa bahan mentah, mereka juga sudah mempersiapkan makanan dalam rantang lengkap dengan lauk pauknya, beserta sasagun, dan itak kukus, sebagai Silua (Oleh-oleh) untuk pahompunya sekeluarga. Setelah prosesi penyerahan Panjangki ini selesai kemudian pihak Mora pun sudah mau beranjak pulang dari tempat Anak borunya, maka Mora di Oncot pihak Anak boru untuk betah tinggal dengan cucunya Anso Dibege Mora Partangis Ni Pahompuna (supaya Mora mendengar suara tangis cucunya).Mora yang mau pulang ini harus diimbangi dengan horbo janggut (kambing) juga. Kemudian sebagai perlengkapan Mora mau pulang harus dipersiapkan:

  1. Sinapang (senapan)
  2. Podang (pedang)
  3. Senter
  4. Hepeng Pasi Ngiro (uang pembeli nira)
  5. Abit Ulang Hangalian (kain untuk mencegah jangan kedinginan)
  6. Pandok-dok (uang untuk membantu meringankan beban ni Mora)

Apabila niat Mora menyerahkan Panjangki ini sebagai obat “Paulak Tondi Tu Badan” agar pahompunya tidak sakit-sakitan, lagi, parompa sadun tadi bukan lagi bernama Panjangkiakan tetapi bernama “Sayom”.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *